Kamis, 05 Juli 2012

0 PROPOSAL PENELITIAN ANALISIS STRUKTURAL

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Sastra merupakan gambar mengenai kenyataan, tetapi dunia melukiskan banyak hal yang dalam kenyataan tidak pernah ada. Sastra juga merupakan cabang dari kebudayaan, ia merupakan proses kreatif seniman berupa ekspresi pengalaman jiwa mengenai kehidupan manusia dengan media tertentu menjadi karya seni. Dengan media bahasa yang estetik (indah) seniman dapat menciptakan seni sastra berupa karya sastra, seperti novel, cerpen, drama, dan lain-lain.
Di dalam karya sastra dilukiskan keadaan dan kehidupan sosial suatu masyarakat, peristiwa-peristiwa, ide dan gagasan, serta nilai-nilai yang diamanatkan pencipta lewat tokoh-tokoh cerita. Sastra mempersoalkan manusia dalam berbagai aspek kehidupannya, sehingga karya sastra berguna untuk mengenal manusia, kebudayaan serta zamannya.
Sebagai tanda yang bermakna, teks sastra memiliki dua dimensi, yaitu dimensi realitas yang otonom dan bagian dari kreasi budaya manusia. berdasarkan dimensi itu maka karya sastra dapat dikaji secara structural semiotic. Teori structural memandang bahwa karya sastra adalah sesuatu yang otonom. Analisis yang dilakukan seputar intrinsic karya sasra yang meliputi tema, fakta cerita dan sarana cerita. Adapun analisis semiotic adalah pemaknaan terhadap tanda-tanda, baik tanda bahasa sebagai system semiotic tingkat pertama, maupun tanda sastra sebagai semiotic tingkat kedua.[1]
Sastra telah menjadi bagian dari pengalaman hidup manusia, baik dari aspek manusia yang memanfaatkannya bagi pengalaman hidupnya, maupun dari aspek penciptanya yang mengekspresikan pengalaman batinnya ke dalam karya sastra. Dari sudut lain kesustraan merupakan cabang kebudayaan. Oleh karena itu pertumbuhan sastra di Indonesia sangat erat kaitannya dengan kebudayaan yang dianut oleh sastrawan yang berhasil membuat karya sastra seperti novel. Para sastrawan tidak hanya menulis tetapi juga menyampaikan gagasannya, mempunyai tujuan dan maksud tertentu, agar di dalam karyanya dapat dinikmati oleh masyarakat.
Karya sastra seperti novel merupakan penjelmaan dari kehidupan manusia itu sendiri. Pengalaman itu dapat berupa pengalaman langsung, yaitu pengalaman yang dialami oleh pengarangnya dan juga yang tidak langsung yang disampaikan oleh pengarangnya, misalnya pengarang banyak membaca sehingga banyak informasi yang kemudian dituangkan dalam karya sastra.
Membahas sebuah novel harus mengetahui unsur sastra yang ada pada novel-novel tersebut. Unsur sastra pada sebuah novel ada dua yaitu : unsur intrinsik dan ekstrinsilk. Yang termasuk unsur intrinsik yaitu : tema, alur, latar/setting, penokohan dan gaya bahasa. Sedangkan yang termasuk unsur ekstrinsik adalah unsur dari luar yang dapat menjadi bahan pengarang dalam menciptakan karya sastra atau menjadi bahan pertimbangan bagi pembaca, seperti biografi, filsafat hidup, dan unsur budaya.
Terkait dengan novel yang akan dikaji skripsi ini adalah salah satu karya Taufil el Hakimyang berjudul Ushfur min asy syarqi (berarti: Burung Pipit dari Timur) yang menceritakan tentang cinta Muhsin (si ‘Burung Pipit’) pada seorang gadis asal Perancis (Susy). Dimulai dari kisah cintanya pada seorang gadis -yang kebetulan dia masih tetangganya- gagal. Seorang Taufik el Hakim tidak hanya menulis karya ini melainkan banyak sekali karyanya yang sudah tersebar di beberapa belahan dunia. Hal ini membuktikan bahwa dirinya merupakan salah seorang sastrawan yang terkenal juga sangat kreatif.
Untuk mengetahui sesuatu yang terdapa dalam sebuah novel khususnya novel karya Taufik el Hakim maka sangat diperlukan adanya analisis. Termasuk analaisis yang pertama dan yang utama yang harus dilakukan adalah analisis structural.[2] Dalam upaya memahami pesan-pesan dan keabsahan ceritanya, tentunya sangat diperlukan adanya sebuah kajian khusus agar tidak terjadi kesalah fahaman dalam memahaminya juga menambah ilmu bagi pembaca terkait dengan karya sastra. Dengan alasan inilah  mengapa kajian ini dilakukan.



B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan yang dapat dianalisis dalam novel “Ushfur min asy syarqi” adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah unsur intrinsik struktur yang membentuk novel “Ushfur min asy syarqi”  karya Taufik el Hakim?
2.      Bagaimana unsur ekstrinsik novel novel “Ushfur min asy syarqi”  karya Taufik el Hakim?

C.      Tujuan dan Manfaat Penelitian
a)     Tujuan Penelitian
1.          Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami struktur unsur-unsur yang terdapat dalam novel novel “Ushfur min asy syarqi”  karya Taufik el Hakim, sebagai barometer dalam memberikan arah sesuai dengan maksud penulis yaitu dalam memperoleh makna dalam kehidupan dan nilai kebudayaan.
2.          Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui unsur instrinsik yang terdapat dalam novel novel “Ushfur min asy syarqi”  karya Taufik el Hakim.
b.      Untuk mengetahui unsur ekstrinsik yang terdapat dalam novel novel “Ushfur min asy syarqi”  karya Taufik el Hakim
b)     Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis penelitian ini adalah untuk memahami unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam karya sastra pada umumnya dan pada khususnya dalam novel “Ushfur min asy syarqi”  karya Taufik el Hakim.
c)      Manfaat Praktis
1.      Memberikan informasi pada pembaca dan pencinta karya sastra tentang aspek nilai yang terdapat dalam novel “Ushfur min asy syarqi”  karya Taufik el Hakim.
2.      Memberikan gambaran pada pembaca tentang ikhwal kehidupan yang ada dalam novel “Ushfur min asy syarqi”  agar memberikan sumbangan pemikiran yang positif untuk perkembangan dan penggalian nilai-nilai budaya dalam karya sastra.
3.      Memperluas wawasan dan pemahaman peneliti pada khususnya dan pembaca pada umumnya, tentang aspek struktural karya sastra, sehingga dapat dipahami lebih mendalam tentang nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan khususnya pada novel “Ushfur min asy syarqi”  karya Taufik el Hakim.

D.     Pendekatan
Analisis intrinsik karya sastra melalui pendekatan struktural seperti yang dikatakan Cculldon ( dalam buku Pradopo): “kritik obyektif berarti kritik yang menekan pada struktur karya sastra itu sendiri dengan kemungkinan membebaskan dari dunia pengarang, publik, pembaca dan situasi zaman yang melahirkan karya itu sendiri”. Sementara Abraham (dalam Esten, 1987 : 13), mengatakan bahwa kritik obyektif merupakan kritik yang menempatkan karya sastra sebagai suatu yang mandiri, otonom dan  punya dunia sediri, kajiannya lebih intrinsik mengkaji hal-hal yang ada dalam karya sastra itu sendiri.
Karya sastra yang bersifat otonom dengan kohorensi yang bersifat intern adalah suatu totalitas oleh unsur-unsur yang berkaitan erat satu sama lain. Dengan kata lain pendekatan ini memandang dan menelaah sastra dari intrinsik karya sastra, yaitu: tema, latar (setting), perwatakan atau penokohan, alur/plot, sudut pandang, gaya bahasa dan amanat. Dengan memperhatikan unsur-unsur karya sastra tersebut, dapat dikatakan bahwa pendekatan strukturan berarti menganalisis karya sastra dengan mengungkapkan unsur-unsur yang ada yang membina kekuatan struktural.



E.      Metode Penelitian
1.   Metode Yang Digunakan
                 Dalam penelitian yang bersifat ilmiah, peneliti menggunakan metode yang tepat dalam pengumpulan data maupun menganalisis data yang diperoleh. Karena dengan kesesuaian metode yang digunakan maka masalah yang diteliti akan mudah di analisis dengan baik dan benar, sehingga hasil yang dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga metode yaitu :
a.       Metode penentuan objek peneliti
b.      Metode analisis data
c.       Tehnik penyajian hasil analisis data

a.        Metode Penentuan Objek Penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah novel Karya Taufik el Hakim yang berjudul “Ushfur min asy syarqi”  yang diterbitkan dalam bentuk terjemahan yang dietrjemahkan oleh Ust. Salim Bazmul dan diterbitkan  oleh  penerbit NAVILA, tahun 2003, cetakan pertama, warna buku: biru, tebal 180 halaman yang terdiri dari dua puluh bagian.
b.      Metode Dokumenter
Dilakukan dengan jalan melaksanakan study kepustakaan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam memehami novel “Ushfur min asy syarqi”  karya Taufik el Hakim.
c.        Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan bentuk-bentuk pendekatan sebagai berikut:
1.          Pendekatan Struktural
Yaitu pendekatan yang digunakan utnuk menelaah dan memahami unsur-unsur intrinsik dalam novel “Ushfur min asy syarqi”  karya Taufik el Hakim.
2.           Pendekatan Sosiologis
Yaitu pendekatan yang digunakan untuk menelaah nilai-nilai, isi dan makna dari novel “Ushfur min asy syarqi”  karya Taufik el Hakim.
F.      Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika dalam kajian ini adalah sebagai berikut:
Bab I berisi pendahuluan memuat beberapa subbab yaitu latar belakang, tujuan penelitian,  rumusan masalah, tujuan penulisan, pendekatan, metodolgi penelitian, metodologi penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II berisi telaah pustaka dan kerangka teori dengan subbab telaah pustaka dan kerangka teori struktural.
Bab III berisi kajian struktural dalam novel ”Ushfur min asy syarqi”.
Bab IV berisi kesimpulan
















BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A.     Telaah Pustaka
1.           Sastra
Sastra merupakan cermin/gambar mengenai kenyataan, tetapi dunia melukiskan banyak hal yang dalam kenyataan tidak pernah ada. Sastra juga merupakan cabang dari kebudayaan, ia merupakan proses kreatif seniman berupa ekspresi pengalaman jiwa mengenai kehidupan manusia dengan media tertentu menjadi karya seni. Dengan media bahasa yang estetik (indah) seniman dapat menciptakan seni sastra berupa karya sastra, seperti novel, cerpen, drama, dan lain-lain.
2.          Definisi Sastra
Definisi sastra telah banyak ditemukan oleh para pakar dengan beraneka ragam paparan dengan tujuan yang sama utnuk menaruh kesimpulan yang akurat dan valid tentang apa itu sastra tentu belum ada.
Walau demikian dapat membentuk ulasan tentang definisi sastra sebagai berikut :
Dalam bahasa Sansekerta, sastra berasal dari kata sas dan tra. Sas berarti menggerakkan, memberi petunjuk atau instruksi. Sedangkan tra berarti alat dan sarana utnuk menyampaikan gagasan. Dalam bahasa Melayu sastra diartikan tulisan. Pengertian ini kemudian ditambah dengan kata su yang berarti baik dan indah. Jadi ‘susastra’ berarti karangan yang indah dan bagus isinya.
Terdapat pengertian lain tentang sastra, yaiut merupakan karya fikir yang memuat tentang perilaku kehidupan manusia yang kompleks dalam bentuk penyajian yang indah dan seni. Dikatakan demikian bahwa sebuah karya sastra sesungguhnya merupakan hasil kontemplasi kekuatan imajinasi penulisnya untuk menggambarkan sikap dan perilaku kehidupan kita dalam bentuk yang sedemikian indah agar pembaca tersentuh perasaannya untuk menghayati peristiwa yang telah ditulis oleh penyairnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dituliskan definisi sastra adalah sebagai berikut:
a.       Bahasa (kata-kata gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari).
b.      Karya tulis yang jika dibandingkan tulisan lain memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keaslian, keartistikan, keindahan, dalam isi dan ungkapannya.
c.       Kitab suci Hindu; kitab ilmu pengetahuan.
d.      Pustaka; kitab primbon (berisi ramalan, hitungan, dan sebagainya).
e.       Tulisan; huruf.
Apa yang ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di atas, dapat ditarik suatu persepsi bahwa sastra itu adalah kumpulan pengetahuan, petunjuk, ajaran yang dikemukakan dalam bentuk yang indah.
3.          Manfaat Sastra
Karya sastra yang berisi pemikiran, ide-ide, kisah, dan amanat penutur dapat berkomunikasi dengan peminat sastra, apabila mereka mampu mengapresiasikannya. Untuk dapat mengapresiasikan karya sastra dengan baik pada diri peminat tentulah harus ada rasa cinta dan kasih sayang terhadap karya sastra. Hal ini dapat dipupuk misalnya dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat untuk mengenal dan menghayati secara intensif karya sastra itu sebagaimana yang diungkap peribahasa “tak kenal maka tak sayang”. Upaya mengapresiasi (mengenal dan menghayati) karya sastra dapat ditempuh misalnya dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat baca, ataupun mendengarkan pembacaan karya sastra. Selain itu peminat sastra harus pula memiliki cita rasa yang tajam dan halus, punya pengetahuan dan wawasan sastra yang cukup luas.  H.B. Yasin (1960)  menambahkan peminat haruslah punya pengertian tentang wujud kesenian, agar dengan demikian, dengan pancaindera yang dipertajam dan perasaan yang diperhaluskan dapat mendalami hasil seni.
Dengan mengapresiasi karya sastra peminat dapat terbiasa memetik manfaat dari karya sastra. Manfaat karya sastra seperti ditemukan Horatius adalah Dulce et Utela menyenangkan dan berguna. Apa yang dimaksud oleh Horatius diperinci sebagai berikut :
a.       Dengan karya sastra peminat seperti dibawa terbang mengembara dan bereaksi yang menyenangkan oleh imaji pengarang yang menyuguhkan hisan mengenai kehidupan manusia, masyarakat dan alam sekitarnya pada suatu tempo dan zaman dengan pesona sastra yang memikat, sehingga peminat merasa terhibur, puas, dan memperoleh pengalaman bathin tentang tafsir hidup dan kehidupan.
b.      Karya sastra dapat memperkaya pengetahuan intelektual peminat, sebab dengan membaca karya-karya sastra peminat memperoleh sejumlah pengetahuan berupa ide-ide, gagasan, pemikiran, cita-cita pengarang ataupun kehidupan masyarakat dengan tradisi dan adat istiadat.
c.       Karya sastra dapat memperkaya dan memperluas emosi-emosi pembaca. Maksudnya lewat pengalaman hidup tokoh-tokoh cerita yang imajinatif, karya sastra (fiksi) dapat menumbuhkan dalam diri peminat sebagai emosi manusia seperti rasa iba, kasihan, simpati, dan lain-lain, bahkan juga katharis (penyucian diri). Karya sastra merupakan “air penyejuk” bagi manusia yang hdiup dalam masyarakat modern yang semakin gersang karena kemajuan sains dan teknologi.
d.      Karya sastra mengandung unsur pendidikan dan pengajaran (didaktif). Dari segi pendidikan ia merupakan wahana untuk meneruskan atau mewarisi tradisi budaya bangsa dari generasi ke generasi sekarang dan mendatang antara lain berupa : gagasan dan pemikiran, bahasa pengalaman sejarah, nilai-nilai budaya dan tradisi. Dari segi pengajaran, seperti pengajaran moral banyak juga diungkapkan dalam karya sastra yang bermanfaat bagi peminat sastra.

4.          Pengertian Novel
Novel (Inggris : novel) merupakan bentuk karya sastra yang seligus disebut HKSI selain cerita dan ramalan. Novel berasal dari bahasa Itali, Novella (Jerman:Novelle). Secara harfiah Novella berarti “sebuah barang baru yang kecil” dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk Prosa (Abraham dalam Nurgianto,2007 : 9).
Menurut Nurgiato (2007 : 11) novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu lebih banyak, lebih rinci, lebih detail dan lebih kompleks. Kelebihan novel yang khas adalah kemampuannya menyampaikan permasalahan yang kompleks secara penuh, mengkreasikan sebuah dunia yang “jadi”. Novel juga lebih mengacu kepada realitas yang lebih tinggi dan psikologis yang lebih mendalam.
Esten (2000 : 12) mengartikan novel sebagai pengungkapan dan pragmen kehidupan manusia  (dalam jangka waktu yang lebih panjang) dimana terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan perubahan jalan hidup antara pelakunya.
Goldman mengidentifikasikan novel sebagai cerita tentang suatu pencarian yang terdagrasi akan nilai-nilai yang otentik yang dilakukan oleh seorang hero yang problematik dalam sebuah dunia yang juga mengorganisasikan dunia novel, secara keseluruhan meskipun hanya secara implisit. Sedangkan degradasi adalah suatu keadaan yang bersangkutan dengan adanya perpecahan yang tidak terjembatani antara hero dengan dunia.
Jadi novel adalah sebuah hasil karya sastra yang mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu lebih banyak, lebih rinci, lebih detail dan lebih kompleks, serta menyampaikan permasalah yang kompleks secara  penuh, kreatif dan mengkritisi dalam dunia nyata.

B.     Kerangka Teori
Menurut Jean Piaget, pengertian struktur mengandung tiga gagasan pokok, yaitu (1) gagasan keseluruhan (Wholeness) dalam arti bahwa masing-masing unsure menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah intrinsic yang menentukan, baik keseluruhan struktur maupun bagian-bagiannya sehingga menjadi koherensi internail, (2) gagasan transpormasi (transformation) yaitu struktur itu tidak statis tetapi terdapat transpormasi yang terus menerus sehingga memungkinkan munculnya bentuk-bentuk baru, (3) gagasan mandiri (self regulation) yaitu tidak memerlukan ha lain di luar dirinya.[3]
Unsure-unsur intrinsic novel terdiri atas (a) tema, (b) fakta cerita, (c) sarana cerita. Tema adalah dasar cerita, gagasan dasar umum sebuah karya novel yang telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang dipergunakan untuk mengembangkan cerita. Dengan demikian pemilihan berbagai undur instrik hendaknya diusahakn mencerminkan gagasan dasar umum (tema) tersebut.[4] Gaya bahasa (style) adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan. Gaya bahasa pada hakekatnya merupakan teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan diungkapkan.
Menuru Abrams (1981), unsure style terdiri dari fonologi, sintaksis, leksikal retorika. Di pihak lain, Leech and Short (dalam Nurgianto, 1995) mengemukakan unsure style terdiri dari leksikal (diksi), gramatikal (struktur kalimat) pemajasan (gaya bahasa kiasan), penyiasatan struktur (repetisi, paralelisme, anaphora pertanyaan retoris) dan pencitraan (imagery) yaitu kumpulan cerita yang digunakan untuk melukiskan objek dan kualitas tanggapan indra yang dipergunakan dalam karya sastra.
Adapun tokoh cerita menurut Abrams (1981) adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif. Penokohan menunjuk pada sifat dan sikap dan kualitas pribadi seorang tokoh. Ditinjau dari tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita tokoh dibedakan menjadi tokoh utama (central character main character) dan tokoh tambahan (peripheral character). Ditinjau dari perannya, tokoh dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh protagonist (yang dikagumi) dan tokoh antagonis (yang dibenci).
Sarana cerita meliputi sudut pandang penceritaan dan gaya bahasa. Sudut pandang (point of view) merupakan cara, strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.[5]








DAFTAR PUSTAKA

Hawkes, Terence. 1978. Strukturalim and Semantuics. London: Mathuen & Co. Ltd.
Nurgiyanto, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Pradopo, Rachmad Djoko. 2003. Prinsip-prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Teeuw A.. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.




[1] Rachmad Djoko Pradopo. Prinsip-prinsip Kritik Sastra (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003).
[2]A. Teeuw. Membaca dan Menilai Sastra (Jakarta: Gramedia, 1983) hal. 61.
[3] Terence Hawkes. Strukturalim and Semantuics (London: Mathuen & Co. Ltd. 1978) hal. 16.
[4] Burhan Nurgiyanto. Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University. 1995).
[5] Ibid.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Pustaka Bahasa dan Sastra Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates