Kamis, 05 Juli 2012

0 Seputar Makna

.     Makna dan Jenis-jenisnya
Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat.[1] Menurut mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian.[2] Dalam hal ini Ferdinand de Saussure mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.[3]
Bloomfied mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya.[4] Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti.[5]
Dari pengertian para ahli bahasa di atas, dapat dikatakan bahwa batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.
Aspek-aspek Makna
Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu :
1. Pengertian (sense)
Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca mempunyai kesamaan bahasa yang digunakan atau disepakati bersama. Lyons mengatakan bahwa pengertian adalah sistem hubungan-hubungan yang berbeda dengan kata lain di dalam kosakata.[6]
2. Nilai rasa (feeling)
Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan dengan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan.dengan kata lain, nilai rasa yang berkaitan dengan makna adalah kata0kata yang berhubungan dengan perasaan, baik yang berhubungan dengan dorongan maupun penilaian. Jadi, setiapkata mempunyai makna yang berhubungan dengan nilai rasa dan setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan.
3. Nada (tone)
Aspek makna nada menurut Shipley adalah sikap pembicara terhadap lawan bicara.[7] Aspek nada berhubungan pula dengan aspek makna yang bernilai rasa. Dengan kata lain, hubungan antara pembicara dengan pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan.
4. Maksud (intention)
Aspek maksud menurut Shipley merupakan maksud senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan.[8] Maksud yang diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperatif, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau politik.
Aspek-aspek makna tersebut tentunya mempunyai pengaruh terhadap jenis-jenis makna yang ada dalam semantik. Berikut akan dijelaskan seperti apa keterkaitan aspek-aspek makna dalam semantik dengan jenis-jenis makna dalam semantik.
1. Makna Emotif
Makna emotif menurut Sipley adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan. Contoh kata kerbau dalam kalimat Engkau kerbau., kata itu tentunya menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar.[9] Dengan kata lain,kata kerbau tadi mengandung makna emosi. Kata kerbau dihubungkan dengan sikap atau poerilaku malas, lamban, dan dianggapsebagai penghinaan. Orang yang dituju atau pendengarnya tentunya akan merasa tersimggung atau merasa tidak nyaman. Bagi orang yang mendengarkan hal tersebut sebagai sesuatu yang ditujukan kepadanya tentunya akan menimbulkan rasa ingin melawan. Dengan demikian, makna emotif adalah makna dalam suatu kata atau kalimat yang dapat menimbulkan pendengarnya emosi dan hal ini jelas berhubungan dengan perasaan. Makna emotif dalam bahasa indonesia cenderung mengacu kepada hal-hal atau makna yang positif dan biasa muncul sebagai akibat dari perubahan tata nilai masyarakat terdapat suatu perubahan nilai.
2. Makna Konotatif
Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena makna konotatif cenderung bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif.[10] Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau didengar. Misalnya, pada kalimat Anita menjadi bunga desa. Kata nunga dalam kalimat tersebut bukan berarti sebagai bunga di taman melainkan menjadi idola di desanya sebagai akibat kondisi fisiknya atau kecantikannya. Kata bunga yang ditambahkan dengan salah satu unsur psikologis fisik atau sosial yang dapat dihubungkan dengan kedudukan yang khusus dalam masyarakat, dapat menumbuhkan makna negatif.
3. Makna Kognitif
Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponenya.[11] Kata “Pohon bermakna tumbuhan yang memiliki batang dan daun denga bentuk yang tinggi besar dan kokoh. Inilah yang dimaksud dengan makna kognitif karena lebih banyak dengan maksud pikiran.
4. Makna Referensial
Referen menurut Palmer adalah hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman nonlinguistik.[12] Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yamg langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses.
Makna referensial menurut uraian di atas dapat diartikan sebagai makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga dikatakan bahwa makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis komponen.
5. Makna Piktorikal
Makna piktorikal menurut Shipley adalah makna yamg muncul akibat bayangan pendengar ataupembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca.[13] Makna piktorikal menghadapkan manusia dengan kenyataan terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman tentang makna kata yang diujarkan atau ditulis, misalnya kata kakus, pendengar atau pembaca akan terbayang hal yang berhubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kakus, seperti kondisi yang berbau, kotoran, rasa jijik, bahkan timbul rasa mual karenanya.
Terkait dengan bentuk atau tipe makna seperti yang telah dipaparkan oleh oleh para pakar linguistic yang penulis baca di beberapa buku-buku linguistic khususnya semantic, dapat diambil sebuah simpulan bahwa dari sekian bentuk atau tipe makna tersebut merupakan  bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti. Batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata. Perbedaan jumlah yang dipaparkan oleh para tokoh linguistic tersebut tentunya menjadi sebuah ruang bagi kita para pemula yang berkeinginan untuk mendalami ilmu kebahasaan. Pendapat para ahli tersebut saling berkesinambungan, dan saling melengkapi. Sebuah keharusan bagi para calon linguis untuk memahami semua jenis-jenis yang dikemukakan para ahli tersebut demi menghindari kesalahpahaman dalam menggunakan bahasa antar sesama dalam berinteraksi.
2.     Keberadaan Konsep Sinonim
Sinonim adalah dua jenis kata yang berbeda, namun memiliki makna yang hampir sama atau mirip. Kata-kata yang saling bersinonim disebut identik, dan keadaan menjadi sinonim dinamakan sinonimi.
Kata "sinonim" berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu syn (σύν) yang artinya "sama" dan onoma (ὄνομα) yang artinya "nama". Misalnya, kata "mobil" dan "kendaraan" adalah  sinonim. Demikian pula, jika kita berbicara tentang "waktu yang lama" atau "perpanjangan waktu", kata "panjang" dalam contoh kalimat tersebut bisa disinonimkan dengan kata "lama".[14]
Dalam arti kiasan, dua buah kata sering dikatakan identik atau bersinonim jika memiliki konotasi yang sama. Contohnya, mengkiaskan antara "Saritem" dan "tempat mesum". Padahal, orang yang pernah ke wilayah Saritem pasti mengerti itu hanya lingkungan biasa, yang terdapat jajaran toko-toko, tempat ibadah, serta rumah-rumah warga yang tidak ada kaitannya dengan kemesuman.
Konotasi dan sinonim "mesum" itu didapatkan karena Saritem sering diberitakan sebagai lokalisasi pelacuran di Kota Bandung. Persepsi pun terbentuk sehingga orang melakukan atau memukul rata sinonimnya sebagai tempat yang buruk.
Sinonim juga dapat berupa bagian dari sesuatu yang dikabarkan atau diinformasikan, baik melalui jalan orasi, pidato, ataupun pengkabaran karena terbentuk kalimat mythical (ajaib) yang memudahkan para orator menyampaikan kesan dan pesannya kepada orang banyak.
Seperti sinonim dalam kata benda. Contohnya kalimat, “Dia adalah banteng pemberani yang bersedia mati demi bangsanya.” Dalam kalimat ini, "banteng" disinonimkan dengan "manusia", seperti "prajurit" atau "pahlawan".
Sinonim dalam kata kerja yang dicontohkan kalimat berikut. “Mereka telah merobek-robek kedaulatan kita.” Dalam pidato Bung Tomo tersebut, "merobek-robek kedaulatan" disinonimkan dengan "melukai harga diri suatu kelompok".
Sinonim dalam kata sifat, misalnya dalam kalimat, “Dia itu orangnya centang perenang.” Kata "centang perenang" tersebut bisa disinonimkan sebagai "terlalu santai".
Sinonim dalam kata keterangan, contohnya: “Samsung Galaxy III dihargai 6 juta rupiah, karena handphone ini merupakan handphone tercanggih dari kelas highend.” Dalam kalimat tersebut, kata "highend" dipakai untuk mengimbangi predikat "6 juta rupiah" sebagai keterangan sinonim dari tingkatan "kelas atas" atau "kelas mahal".
Bahasa Indonesia, dengan sejarah panjangnya dalam menyerap istilah dari bahasa-bahasa lain, menjadikan bahasa ini sebagai bahasa yang sangat kaya akan sinonim kata. Hal tersebut karena begitu banyaknya pengucapan di setiap konteks yang dipertukarkan. Apalagi, Indonesia merupakan wilayah internasional, tempat beragam budaya pernah singgah dan berinteraksi dengan orang-orang di Nusantara.
Selain itu, kekayaan bahasa Indonesia diperoleh dari kenyataan yang dimiliki  bangsa ini sendiri yaitu bahwa Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa dan ribuan dialek bahasa. Setiap makna bisa mengandung dua atau lebih silabi, dan secara terus-menerus dipertukarkan.
Ini artinya lidah orang Indonesia sudah sedemikian terlatih untuk melafalkan kata dari bahasa mana pun. Dan bila diselorohkan lebih jauh, hal semacam ini sejatinya bisa menjadikan kamus bahasa Indonesia semakin tebal. Proyek penebalan kamus ini salah satunya diakibatkan oleh membanjirnya sinonim. Bahkan, bila diseriuskan, hal ini bisa membuat pegawai direktorat bahasa bergadang setahun penuh.
Istilahnya mendapatkan kata-kata yang "sama" atau "hampir sama" yang berarti juga "mirip seperti yang lain", walau ada perbedaan penting antara "sama" dan "hampir sama". Masyarakat semakin kreatif menciptakan sinonimnya sendiri. Misalkan, "anggota DPR" disinonimkan dengan "badut".
Sinonim untuk kata benda lebih berantakan lagi. Kadang-kadang, bila ada hal yang persis sama, akan langsung diasosiasikan kepada "kembarannya", seperti dalam kasus istilah "anggota DPR" sebelumnya. Walaupun kata benda, sebenarnya tetap ada panggilan atau sebutan "resmi" tentang benda tersebut, misalnya "kabinet" adalah "lemari berlaci".
Dalam kasus lainnya, sinonim adalah kata yang terlanjur terikat dan mengikat kuat di masyarakat. Misalkan, jika kita belanja air mineral di warung, kemudian kita bilang, “Beli Aqua, dong!”, namun lantas diberi botol minuman dengan merek Club, Kita pasti tidak akan protes, bahkan merasa memang itu yang kita minta. Itulah kekuatan sinonim yang telah mem-branding pada suatu kasus produk tertentu yang sedemikian mengakar. Contoh kekuatan sinonim produk yang telah mem-branding lainnya adalah merek Indomie.

Fungsi Sinonim
Daftar sinonim berguna ketika kita sedang menulis dan mencari hanya kata yang tepat menggambarkan sesuatu demi mempermudah pembaca memahaminya. Tetapi setiap kata harus dipertimbangkan dalam definisi spesifik. Jika perlu, kita bahkan bisa membuat  catatan glosarium sinonim di bagian bawah suatu tulisan untuk membantu pembaca memahami tulisan kita, seperti yang biasa disertakan di akhir halaman buku.
Dalam bahasa Inggris, sinonim banyak berevolusi dari penggunaan paralel pada periode awal abad pertengahan, gabungan antara pembentukan kata bangsa Norman Perancis (dengan bahasa Latin bawaan dari Romawi) dan bahasa Inggris Kuno (Anglo-Saxon – orang orang Denmark).
Bahasa Indonesia sama saja. Walau menggunakan bahasa dasar Melayu, sebagai bahasa perdagangan di Nusantara, tetap saja ada begitu banyak kata serapan yang masuk ke dalam bahasa Melayu ini, entah dari bahasa Portugis, Spanyol, India, China, Arab, Muay, Philiphina, Prancis, Inggris, lantas bercampur dengan bahasa lokal, seperti bahasa Jawa, Sunda, Bugis, Manado, dsb.
Beberapa lexicographers (ahli perkamusan) mengklaim bahwa tidak ada sinonim yang memiliki arti yang sama persis (dalam semua konteks atau tingkat sosial bahasa yang berbeda) karena etimologi, ortografi, kualitas phonic, makna ambigu, penggunaan, dll. membuat sinonim ini unik.
Kata lainnya yang serupa, namun arti biasanya berbeda karena suatu alasan, misalnya kata ‘kucing’ lebih formal daripada "meong"; kata "wanita" lebih dewasa dari "gadis", "makelar" lebih kasar dari "perantara". Dan masih banyak contoh lainnya.
Bahkan prinsip penggunaan, dalam komunitas tertentu bisa menjadikan sinonim sebagai bahasa kode. Terdapat semacam kode rahasia dalam cara membahasakan bahasa tersendiri suatu kaum, yang lepas dari kaidah formal, maupun kaidah umum yang informal. Mereka menggunakan bahasa Indonesia, tapi penggunaan sinonimnya lebih menyerupai kode, khas di kalangan mereka sendiri. Misalkan bahasa yang biasa dipakai di kalangan homoseksual dan transgender berikut ini.
Cemberut = cemburu
Cililitan = cilik, kecil
Cinere, cinse’, cintami = orang Cina
Ciptadent = ciuman (berciuman)

Sinonim Kognitif
Sinonim kognitif adalah properti suatu kata atau istilah yang dibedakan dari kesamaan asosiasi mental, konotasi, respons emosional, dan nilai puitis. Bentuk ini bisa merupakan informasi yang sedemikian rupa diungkapkan, sehingga identik dengan makna kognitif dari kata yang berbeda (sebagai lawan emosi atau mental yang menimbulkan asosiasi).
Sebagai contoh:
Semua bujangan adalah pria yang belum menikah.
Kata "sarjana" memiliki kurang dari sepuluh huruf.
"Pria yang belum menikah" memiliki lebih dari sepuluh huruf.
Makna  kalimat tersebut merupakan contoh dari sinonim kognitif, menggeser perangkat pemahaman Kita.

3.     Medan Makna
Pada dasarnya, Medan makna  merupakan bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Dan di dalam medan makna, suatu kata terbentuk oleh relasi makna kata tersebut dengan kata lain yang terdapat dalam medan makna itu. Sebuah medan makna, menurut Trier, dapat diibaratkan sebagai mosaik. Jika makna satu kata bergeser, makna kata lain dalam medan makna tersebut juga akan berubah.
Makna bahasa terutama makna kata dapat kita klasifikasikan menurut komponennya. Pandangan seperti ini, dapat dilihat dalam teori medan makna yang menyatakan bahwa kosakata dalam suatu bahasa terbentuk dalam kelompok-kelompok katayang menunjuk kepada satu medan makna tertentu, misalnya apabila kita mendengar seseorang menyebut kata ganti kata kendaraan, tentunya kita terbayang bermacam-macam jenis kata ganti kendaraan. Padahal kendaraan merupakan kata ganti dari berbagai magai macam alat transportasi. Dalam hal ini semua alat ganti tersebut sebenarnya berada dalam satu ruang yaitu dinamakan dengan kata ganti. Contoh lain yaitu kata “keluarga”, merupakan medan makna yang di dalamnya meliputi ayah, ibu, anak, cucu dan seterusnya.
4.     Perkembangan dan Perubahan Makna
Dalam bahasa Indonesia banyak kata yang mengalami perkembangan dan perubahan  makna, Perkembangan dan perubahan itu disebabkan adanya  banyak hal  yang mempengaruhinya, diantaranya adalah perkembangan  ilmu dan teknologi, budaya, keadaan sosial, bidang pemakaian, dan adanya asosiasi.
1.      Perubahan Makna Secara Historis
Perubahan makna secara historis adalah perubahan makna kata seiring dengan berkembangnya   waktu. Perubahan itu terdiri dari :
a.       Perluasan makna meluas ( generalisasi )
Perluasan makna adalah kata – kata yang cakupan maknanya  sekarang ini lebih luas daripada makna semula.
Contoh :
Kata
Makna Semula
Makna sekarang
Saudara
Saudara sekandung (sedarah)
1. Sebutan bagi siapa saja yang lebih muda bapak ayah
2. Sebutan bagi lelaki dewasa / lebih tua yang dihormati
b.      Penyempitan makna ( spesialisasi )
Penyempitan makna adalah kata-kata yang cakupan maknanya sekarang lebih sempit dari pada cakupan makna semula.
Contoh :
Kata
Makna Semula
Makna sekarang
Sarjana
Orang pandai
Gelar lulusan perguruan tinggi
Ulama
Orang pandai   
Pemuka agama Islam
2.      Perubahan Makna kata secara Sosial
Perubahan makna kata secara sosial adalah perubahan makna kata  karena kata tersebut mempunyai nilai rasa tertentu dalam pemakaianya di masyarakat. Nilai atau rasa itu bisa dirasakan lebih tinggi (baik) atau sebaliknya lebih rendah (buruk). Perubahan makna ini dibagi menjadi:
A.          Peninggian makna ( ameliorasi ).,
Ameliorasi adalah perubahan makna yang menyatakan bahwa makna kata yang baru dirasakan lebih baik, sopan, atau lebih tinggi nilai  rasanya.
Contoh :
Kata
Makna Semula
Makna sekarang
wanita
Betina
Sebutan untuk perempuan yang terhormat, baik dan mulia
B.          Penurunan makna  ( peyorasi )
Peyorasi adalah perubahan makna yang menyatakan bahwa makna kata yang baru  mengandung  pengertian lebih rendah nilai rasanya  daripada makna semula.
Contoh :
Kata
Makna Semula
Makna sekarang
Buruh
Pekerja
Pekerja kasar dengan status sosial rendah
Oknum
Tokoh
1.      Tokoh dengan konotasi jahat
2.      Kaki tangan pembantu Orang yang membantu dalam hal kejahatan
:
3.      Perubahan Makna Secara Sinkroni
Perubahan makna kata secara sinkronis adalah perubahan makna kata pada suatu masa tertentu. Hal itu disebabkan karena kata tersebut dipakai dengan makna kias,bukan makana sebenarnya. Perubahan makna ini meliputi :
A.          Asosiasi
Asosiasi adalah perubahan makna karena adanya kemiripan antara dua hal, benda atau peristiwa yang sesungguhnya  berlainan.
Contoh :
Kata
Makna Semula
Makna Kias
Amplop
Ia membeli dua amplop di took Abid Kastah
Agar bisa masuk di Perguruan Tinggi Ia memakai amplop.
Kursi
Kursi itu dibuat dari rotan
Ia sangat berambisi untuk duduk di kursi DPR
B.    Sinestesia
Sinestesia adalah perubahan makna karena pertukaran tanggapan indera.
Contoh :
Kata
Pemakaian Kata Semula
Makna sinestesia
Tajam
pisau itu sangat tajam
Perkataannya sangat tajam
Pahit
Obat itu rasanya pahit
Rekreasi bulan lalu merupakan pengalaman yang pahit bagiku
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Wahab, Abdul. 1995. Teori Semantik. Surabaya: Airlangga University Press.
Aminuddin. 1988. Semantik. Bandung: Sinar Baru.
Djajasudarma, Fathimah. 1999. Semantik 2: Pemahaman Makna. Bandung: Refika Aditama.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.


[1] Mansoer Pateda. 2001. Semantik Leksikal.(Jakarta: Rineka Cipta). Hal. 79.
[2] Ibi. Hal. 82,
[3] Abdul Chaer. 1994. Linguistik Umum. (Jakarta: Rineka Cipta). Hal. 286.
[4] Abdul Wahab. 1995. Teori Semantik. (Surabaya: Airlangga University Press). Hal. 40.
[5] Aminuddin. 1988. Semantik. (Bandung: Sinar Baru). Hal. 50.
[6]Mansoer Pateda. 2001. Semantik Leksikal.( Jakarta: Rineka Cipta). Hal. 92.
[7] Ibid. Hal. 94.
[8] Ibid. Hal. 95.
[9] Ibid. Hal. 101.
[10] Fathimah Djajasudarma. 1999. Semantik 2: Pemahaman Makna. (Bandung: Refika Aditama). Hal. 9.
[11] Mansoer Pateda. 2001. Semantik Leksikal. (Jakarta: Rineka Cipta). Hal. 109.
[12] Ibid. Hal. 125.
[13] Ibid. Hal. 122.
[14] http: www.anneAhira/semantik/sinonim.htm. diakses pada tanggal 15 Juni 2012.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Pustaka Bahasa dan Sastra Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates