Kamis, 05 Juli 2012

0 TATARAN LINGUISTIK: MORFOLOGI



1.    MORFEM
Konsep maupun istilah morfem tidak dikenal dalam tata bahasa tradisional, karena bukan merupakan satuan sintaksis, akan tetapi mulai diperkenalkan oleh kaum strukturalis pada awal abad kedua puluh.
A.  Identifikasi Morfem
Cara untuk menentukan stuan bentuk adalah morfem hatau bukan, maka kita harus membandingkan dengan bentuk lain. Jika bisa dihadirkan secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah morfem. Sebagai contoh kita ambil bentuk /kedua/ , dalam ujaran diatas. Ternyata bentuk /kedua/ dapat kita banding-bandingkan dengan bentuk-bentuk sebagai berikut :
            Kedua, Ketiga, Kelima, Ketujuh, Kedelapan, Kesembilan, Kesebelas
Bentuk ke pada daftar di atas yaitu menyatakan tingkat atau derajat.
Akan tetapi bentuk ke juba memiliki arti yang lain, seperti:
            Kepasar, Kekampus, Kesekolah
Beberapa contoh bentuk ke di atas sama memiliki arti pernyataan arah atau tujuan.

B.  Morf dan Alomorf
Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya.
Sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut jikalu sudah diketahui status morfemnya.

C.  Klasifikasi Morfem
Morfem-morfem dalam setiap bahasa dapat diklasifikasikan berdasarkan kebebasannya, keutuhannya, maknanya, dan lain sebagainya.

D.  Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Yang dimaksud dengan morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Kata bagu, pulang, makan dalam bahasa Indonesia tergolong dalam bentuk morfem bebas.
Sebaliknya, yang dimaksud dengan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan.
Semua afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat. Begitu juga dengan morfem penanda jamak dalam bahasa Inggris merupakan morfem terikat.

E.   Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
Pembedaan morfem utuh dan morfem terbagi berdasarkan bentuk formal yang dimiliki morfem tersebut : apakah merupakan satu kesatuan yang utuh atau merupakan dua bagian yang terpisah atau terbagi, karena disisipi morfem lain. Sedangkan morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang terpisah.
Morfem utuh dapat disajikan pada beberapa contoh seperti meja, kursi, kecil laut dan lain sebagainya.  Sedangkan morfem terikat seperti ter-, ber-, henti, juang.
Morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah yang terpisah. Contoh, kesatuan, yaitu (satu) dan satu morfem terbagi, yakni (ke-,/-an).

F.   Morfem Segmental dan Suprasegmental
Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan {ber}. Dengan demikian semua morfem yang berwujud bunyi adalah Morfem Segmental. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.

G.  Morfem Beralomorf Zero
Dalam linguistik deskriptif ada konsep mengenai morfem beralomorf zero atau nol   (0), yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental), melainkan berupa “kekosongan”.

H.  Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tidak Bermakna Leksikal
Morfem bermakna leksikal adalah morfem-morfem yang secara inheren telah memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu berproses terlebih dulu dengan morfem lain. Sedangkan morfem tak bermakna leksikal tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri. Morfem ini baru mempunyai makna dalam gabungannya dengan morfem lain dalam suatu proses morfologi. Yang biasa dimaksud dengan morfem tak bermakna leksikal ini adalah morfem-morfem afiks, seperti {ber-}, {me-}, dan {ter-}.
I.     Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal (Stem), dan Akar (Root)
Istilah morfem dasar digunakan sebagai dikotomi dengan morfem afiks. Jadi bentuk-bentuk seperti {juang}, {kucing}, dan {sikat} adalah morfem dasar. Istilah bentuk dasar atau dasar (base) saja biasanya digunakan untuk menyebut sebuah bentuk yang menjadi dasar dalam suatu proses morfologi. Bentuk ini dapat berupa morfem tunggal, tetapi dapat juga berupa gabungan morfem. Istilah pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infleksi, atau proses pembubuhan afiks inflektif. Akar (root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi. Artinya, akar itu adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya, baik afiks infleksional maupun afiks derivisionalnya ditanggalkan.
2.    KATA
Kata, merupakan satuan lingual yang adadalam tata bahasa tradisional.
A.  Hakikat Kata
Para tata bahasawan tradisional mengartikan “kata” sebagai satuan bahasa yang memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti. Akan tetapi dalam kajian bahasa Arab dikatakan “kata-kata dalam bahasa Arab biasanya terdiri dari tiga huruf”.
B.  Klasifikasi Kata
Klasifikasi kata juga disibut penggolongan kata, atau penjenisan kata, dalam bahasa Inggris disebut sebagai part of speech. Dalam catatan sejarah, sejak zaman Aristoteles hingga kini, termasuk juga dalam kajian linguistik Indonesia, persoalannya tidak pernah tertuntaskan. Kendalanya antara lain, pertama setiap bahasa mempunyai ciri masing-masing; kedua, karena kriteria yang digunakan untuk membuat klasifikasi kata itu bisa bermacam-macam.
C.  Pembentukan Kata
Pembentukan kata memiliki dua sifat, yaitu kata yang bersifat inflektif, dan kedua bersifat derivatif. Pembentukan kata secara inflektif, tidak membentuk kata baru, atau kata lain yang berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Hal ini berbeda dengan pembentukan kata secara derivatif atau derivisional. Pembentukan kata secra derivatif membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya.

3.    PROSES MORFEMIS
Pada pembahasan infleksi dan derivasi sudah dibicarakan sebagian kecil dari proses morfemis atau proses morfologis atau juga proses gramatikal khususnya pembentukan kata dengan afiks. Namun hal-ihwal afiksnya itu sendiri belum dibicarakan. Oleh karena itu, berikut ini akan didbicarakan proses morfemis yang berkenaan dengan afiksasi, reduplikasi, konposisi, dan juga sedikit tentang konfersi dan modifikasi intern.
1.      Afiksasi
Adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsure-unsur:
a)      Dasar atau bentuk dasar, adalah dasar dalam proses afiksasi yang berupa akar, yakni bentuk terkecil yang tidak dapat disegmentasikan lagi, misalnya meja, beli, makan dan sikat.
b)      Afiks merupakan sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata.
c)      Makna gramatikal yang dihasilkan
2.      Reduplikasi
Adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar baik secara keseluruhan, secara parsial atau sebagian, ataupun dengan perubahan bunyi.
Oleh karena itu dibedakan andanya reduplikasi penuh, seperi meja-meja (dari dasar meja),  redupliksi sebagian seperti lelaki (dari dasatr laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik (dari dasar balik).
3.      Komposisi
Adalah hasil dan proses penggabungan dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru.
Komposisi terdapat dalam banyak bahasa misalnya, lalu-lintas, daya juang, dan rumah sakit.
4.      Konversi, modifikasi internal, dan suplesi
Konversi, sering juga disebut dengan derivasi zero, transmutasi, dan tranposisi, adalah proses penmbutakan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsure segmental. Umpamanya kata Drink dalam bahasa Inggris adalah nomena seperi dalam kalimat Have a Drink! Tetapi dapat diubah menjadi sebuah kata verbal, drink, tanpa perubahan apa-apa.
5.      Pemendekan
Adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya, misalnya bentuk lab (utuhnya, laboratorium).
Dalam berbagai kepustakaan, hasil proses pemendekan ini biasanya dibedakan atas penggalan, singkatan, akronim. Yang dimaksud dengan penggalan adalah kependekan berupa penggalan satu atau dua suku pertama dari bentuk yang dipendekkan itu. Misalnya, lab, atau labo dari laboratorium.
Yang dimaksud dengan singkatan adalah hasil proses pemendekan, yang antara lain berupa:
a)      Pengekalan huruf awal dari sebuah leksem, atau huruf-huruf awal dari gabungan leksem. Misalnya: R (radius), H (Haji).
b)      Pengekalan beberapa huruf dari sebuah leksem,. Misalnya: hlm (halaman).
c)      Pengekalan huruf pertama dikombinasi dengan penggunaan angka untu penggantian huruf yang sama. Misalnya P3 (Partai persatuan Pembangunan).
d)     Pengekalan dua, tiga, atau empat huruf pertama dari sebuah leksem. Misalnya: As (Asisten), Okt (Oktober), dan purn (purnawirawan).
e)      Pengekalan huruf pertama dan huruf terakhir dari sebuah leksem. Misalnya: ir (insinyur).
Akronim adalah hasil pemendekan yang berupa kata atau yang dapat dilafalkan sebagai kata. Wujud pemendekannya dapat berupa penggalan huruf-huruf pertama, berupa penggalan suku kata dari gabungan leksem, atau bisa juga secara tak beraturan, misalnya wakuncar (waktu kunjung pacar).
A.  Produktivitas Proses Morfemis
Yang dimaksud dengan produktivitas dalam proses morfemis ini adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama afiksasi, reduplikasi, dan komposisi, digunakan berulang-ulang yang secara relatif tidak terbatas; artinya, ada kemungkinan menambah bentuk baru dengan proses tersebut.
4.    MORFOFONEMIK
Morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi, atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. Seperti afiksasi bahasa Indonesia dengan prefiks me- akan terlihat bahwa prefiks me- itu akan berubah menjadi mem-, men-, meny-, meng-, atau tetap me-, menurut aturan-aturan fonologis tertentu.
Perubahan fonem dalam proses merfofonemik ini dapat berwuju: pemunculan fonem, pelepasan,peluluhan, perubahan, dan pergeserannya,
















SOAL-SOAL MORFOLOGI
1. Morfem adalah bentuk yang sama, yang terdapat berulang–ulang dalam satuan bentuk yang lain. Morfem merupakan satuan  satuan gramatik, yang bersifat abstrak dan tidak dapat diamati secara langsung melainkan suatu tuturan diwakili oleh morf.
2. Sebab morfem bukan merupakan satuan dalam sintaksis, dan tidak semua morfem mempunyai makna secara filosofis.
1. Untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan, kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain. Kalau bentuk tersebut ternyata bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah morfem.
2. Kata kali pada kalimat Mereka mandi dikali   dan kali pada kalimat Sepagi ini saya sudah dua kali makan, bukan merupakan morfem.  Karena cirri salah satu morfem harus mempunyai kesamaan arti dan bentuk. Kata kali pada kalimat pertama berarti tempat sedang pada kalimat kedua menyatakan tingkatan dan jumlah.
3. Contoh Bahasa A (contoh pertama)
·         Dalam kaitannya dengan morfem bebas atau terikat, contoh ini termasuk kategori morfem bebas. Karena ‘kaje ‘pohon’ itu kata yang bias berdiri sendiri tanpa bantuan lain (kemunculanya dapat muncul sendiri dalam pertuturan.
·         Dalam kajian morfem utuh atau terbagi, contoh kata disini termasuk morfem terbagi karena terbagi dari dua bagian morfem yang terpisah. Contoh kayezi = {kaye}+{ze} dan pakayezi = {pa-}+{kaye}+{-zi}
·         Jika dikaitkan dengan Morfem beralomoft zero, contoh kata disini juga beralomoft seperti kata jamak kayezi bentuk jamak dari  kaye, bentuk jamak pakayezi dari dasar pakaye, dan bentuk jamak maka pakayezi dari dasar maka pakaye bentuk jamaknya berupa hurus -ze
Contoh Bahasa B (contoh kedua)
·         Dalam kaitanya dengan morfem bebas atau terikat, contoh ini termasuk kategori morfem bebas. Karena ‘ko.ma ‘burung’ itu kata yang bias berdiri sendidri tanpa bantuan lain (kemunculanya dapat muncul sendiri dalam pertuturan.
·         Dalam kajian morfem utuh atau terbagi, contoh kata disini termasuk morfem terbagi karena terbagi dari dua bagian morfem yang terpisah. Contoh iko.ma  = {i-}+{ko.ma} dan inko.ma = {in-}+{ko.ma}.
·         Namun tidak berstatus morfem beralomoft zero karena di dalam contoh tidak ada kata bertanda jamak dan tidak pula termasuk morfem segmental atau suprasegmental.
1. a. Contoh : melihat, merasa, membawa, membantu, mendengar, menduda, menyanyi, menyikat, menggali, menggoda, mengelas, mengetik, bentuk-bentuk yang mirip atau hampir sama, dan maknanya juga sama. Keenam bentuk tersebut adalah morfem, sebab meskipun maknanya sama tetapi bentuknya tidak persis sama, tetapi perbedaannya dapat dijelaskan secara fonologis. Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama itu disebut alomorf. Dengan perkataan lain alomorf adalah perwujudan konkret (didalam pertuturan) dari sebuah morfem.
b. Ya setiap morfem tentunya mempunyai alomorf, entah satu, entah dua, atau juga enam buah, seperti beberapa contoh yang telah tertera di soal nomer 1.
2. Bentuk me- berdistribusi, antara lain, pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /I/ dan /r/ ; bentuk mem- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /b/ dan juga /p/; bentuk men- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /d/ dan juga /t/;  bentuk meny- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /s/; bentuk meng- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya, antara lain konsonan /g/ dan /k/; dan bentuk meng- berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku.
1. Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, dan bagus adalah termasuk morfem bebas. Kita dapat menggunakan morfem-morfem tersebut tanpa harus terlebih dahulu menggabungkannya dengan morfem lain. Sebaliknya, yang dimaksud dengan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan. Semua afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat. Begitu juga dengan morfem penanda jamak dalam bahasa Inggris merupakan morfem terikat.
2. Contoh di atas tedapat kata-kata yang termasuk bermorfem bebas yaitu Dia, bus dan sana, karena kata-kata tersebut dapat hadir dalam penuturan tanpa kemunculan morfem lain. Sedang kata-kata yang masuk dalam wilayah morfem terikat berupa kata menumpang, antarkota dan dari karena kehadiranya harus digabungkan dengan morfem lain seprti kata menumpang dari dasar numpang,morfem ini terdiri dari morfem  afiks me- dan numpang, kata antarkota kehadiranya juga membutuhkan morfem lain karena kata antar tidak bias berdiri sendiri tanpa kata kota, dan kota dari termasuk kata terikat karena termasuk konjungsi dan konjungsi masuk keranah morfem terikat.
Contoh kedua, kata-kata yang masuk ke wilayah morfem bebas berupa kata mereka saja karena kata-kata tersebut dapat hadir dalam penuturan tanpa kemunculan morfem lain. Sedang kata yang termasuk morfem terikat berupa kata menyesal, melakukan, perbuatan, dan tercela yang berasal dari akar sesal,laku, buat dan cela tidak bias berdiri sendisi setelah melalui proses afiksasi.
3. contoh bentuk dasar morfem terikat sebagai berikut:
Henti, tending, tangkap, sudul, Juan, caci, hardik, bisu, Gaul, Baur , Baca, dan Lamun
4. Klitika adalah bentuk-bentuk singkat, biasanya hanya satu silabel, secara fonologis tidak mendapat tekanan, kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat pada bentuk lain, tetapi dapat dipisahkan. Yang dimaksud dengan proklitika adalah klitika yang berposisi dimuka kata yang diikuti, seperti ku dan kau pada konstruksi kubawa dan kuambil. Sedangkan enkklitika adalah klitika yang berposisi dibelakang kata yang dilekati, seperti –lah, -nya, -ku pada konstruksi dialah, duduknya, dan nasibku.
5. Morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya. Misalnya, dalam bahasa Ngbaka di Kongo Utara di Benua Afrika, setiap verba selalu disertai dengan penunjuk kata (tense) yang berupa nada.
6. Morfem beralomorf Zero atau nol (lambangnya Ø) adalah morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental ataupun suprasegmental melainan berupa “kekosongan”. Contoh morfem beralomorf zero terdapat pada bentuk kata bahasa inggris yang bentuk tunggal dan jamaknya sama yakni kata Sheep  maka morfem yang membentuknya berupa {sheep}+{Ø} dan bentuk kata yang masa lampau dan msa kini sama seperti kata hit = {hit}+{Ø}.
7. kata juang, abai, henti dan lena termasuk kata bermakna leksikal. Kata-kata tersebut sama identidanya berkelas verba dan dapat merupak identitas leksikalnya jika mengalami proses afiksai, reduplikasi atau komposisi.
1.       
a.       Morfem dibagi 2, yaitu morfem dasar dan morfem terikat. Morfem dasar dibagi menjadi tiga: morfem bebas, morfem yang kebebasanya dipersoalkan dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang yang secara potensial dapat langsung menjadi kata contoh morfem {meja}, {kursi}, {pergi}, {kuning}. Morfem yang kebebasanya dipersoalkan , Verhaar (1978) memasukkanya kedalam kelompok prekategorial seperti morfem {-ajar}, {-tulis}, {-lihat} dsb yakni morfem berakar verba, yang dalam kalimat imperative tidak perlu diberi imbuhan dan dalam kalimat  deklaratif imbuhanya dapat ditinggalkan. Morfem terikat morfem yang tidak mempunyai potensi untuk menjadi kata tanpa proses morfologi seperti morfem {juang}, {henti}, {gaul} dan {abai}. Sedangkan morfem afik seperti {ber-}, {ter-}, dan {-kan}.
b.      Istilah bentuk dasar (base) untuk menyebut sebuah bentuk yang menjadi dasar dalam suatu proses morfologi yang ada kalanya berupa morfem tunggal atau morfem gabungan seperti bicara bentuk dasar dari kata berbicara, mengerti bentuk dasar dari dimengerti, dan aneka ragam bentuk dasar dari beraneka ragam.
c.       Istilah pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infleksi seperti books ,pangkalnya book, untouchables pangkal dari untouchable. Dsb
d.      Akar (root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi seperti untouchables akar dari touch yang kemudian mengalami derivasi ke beberapa bentuk lain dengan tambahan able dan –s (jamak).
e.       Bentuk kutip (citation form) adalah kata yang didaftar sebagai entri di dalam kamus lazim.
2.       
a.        Berdasarkan sifat kata yang dibentuknya, afiks dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
·         Afiks infleksional : afiks yang digunakan dalam pembentukan kata-kata inflektif atau paradigma infleksional, misalnya
§  Sufiks –s = penanda jamak Ex: books  
§  Sufiks –ed= penanda kala lampau Ex: looked
§  Prefik me- penanda bentuk kalimat indikatif aktif dan prefik di- untuk pasif.
·         Afiks derivativasional : afiks yang membentuk kata baru ,yang identitas leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasar, contoh:
§  Patung (nomina) = mematung (verba) disebut verba denominal
§  Bengkak (ajektif) = membengkak (verba) disebut verba deajektival
§  Membina (verba) = pembinaan (nomina) disebut nomina deverbal
§  Akui (pronominal) = mengakui (verba) disebut verba depronominal
§  Satu (numeral) = menyatukan (verba) disebut verba denumeralia
b.      Afik inflesional dalam bahasa Indonesia seperti pada prefik me- penanda bentuk kalimat indikatif aktif dan prefik di- untuk pasif.
3.      Yang dimaksud dengan derajat kebebasan morfem dasar dalam bahasa Indonesia adalah derajat yang membagi tiap kata berdasarkan potensi kemunculanya dalam pertuturan derajat morfem dasar ini dibagi menjadi tiga: morfem bebas, morfem yang kebebasanya dipersoalkan dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang yang secara potensial dapat langsung menjadi kata contoh morfem {meja}, {kursi}, {pergi}, {kuning}. Morfem yang kebebasanya dipersoalkan , Verhaar (1978) memasukkanya kedalam kelompok prekategorial seperti morfem {-ajar}, {-tulis}, {-lihat} dsb yakni morfem berakar verba, yang dalam kalimat imperative tidak perlu diberi imbuhan dan dalam kalimat  deklaratif imbuhanya dapat ditinggalkan. Morfem terikat morfem yang tidak mempunyai potensi untuk menjadi kata tanpa proses morfologi seperti morfem {juang}, {henti}, {gaul} dan {abai}. Sedangkan morfem afik seperti {ber-}, {ter-}, dan {-kan}
1. Menurut para tata bahasawan tradisional, kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi dan mempunyai satu arti.
Menurut para tata bahasawan struktural terutama aliran Bloomfield yang mempersoalkan dan mengunakan morfem dari pada kata. Mereka memberi batasan kata sebagai satuan bebas terkecil tidak pernah diulas atau dikomentari, seolah batasan itu bersifat final.
Dalam buku linguistic Eropa, kata adalah bentuk yang, ke dalam mempunyai susunan fonologis yang stabil dan tidak berubah dan mempunyai kemungkinan mobilitas dalam kalimat.
2. Menurut para tata bahasawan tradisional, kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi dan mempunyai satu arti. Masalahnya bagaimana dengan kata matahari,  dan dua puluh apakah 1 buah kata atau 2 buah kata?? Dan penerapan spasi akan sulit jika tidak mengunakan huruf latin seperti huruf cina atau arab.
3.      Menurut para tata bahasawan structural terutama aliran Bloomfield yang mempersoalkan dan mengunakan morfem dari pada kata, karena dalam analisis bahasa mereka melihat hierarki bahasa sebagai,fonem, morfem, dan kalimat. Berbeda dengan tata bahasa tradisional yang melihat hierarki bahasa sebagai: fonem, kata dan kalimat.
4.      Pernyataan “kata merupakan bentuk yang, ke dalam mempunyai susunan fonologis yang stabil dan tidak berubah dan mempunyai kemungkinan mobilitas dalam kalimat”, magsudnya batasan ini menyiratkan 2 hal. Pertama,bahwa setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutanya tetap dan tidak berubah serta tidak dapat diselipi atau diselang dengan fonem lain, contoh kata sikat ≠ siakt dan  ≠ siukat. Kedua,  setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat didalam kalimat.
5.      Bentuk-bentuk kata seperti kata mengajar, diajar dan kauajar bukan merupakan tiga buah kata yang berbeda melainkan sebuah kata yang sama karena ketiga bentuk kata ini memiliki identitas leksikal yang sama yang berbentuk verba.
6.      Yang dimaksud dengan leksem yang diuraikan pada akhir subbab 5.2.1 adalah bentuk dasar dari sebuah kata.

1.      Klasifikasi atau penggolongan kata itu memang sangat perlu dan berguna baik secara teoritis dalam studi semantik maupun secara praktis dalam berlatih keterampilan berbahasa.
2.       
a.       Para tata bahasawan tradisional mengunakan kriteria makna dan kriteria fungsi. Kriteria makna digunakan untuk megidentifikasikan kelas verba, nomina dan ajektifa; sedangkan kriteria fungsi digunakan untuk mengidentifikasikan preposisi, konjungsi, adverbial, pronominal dan lain-lainya. Para tata bahasawan strukturalis membuat klasifikasi kata berdasarkan distribusi kata itu dalam suatu struktur atau kontruksi. Nomina adalah kata yang dapat berdistribusi dibelakang kata bukan; atau dapat mengisi kontruksi bukan….. seperti buku, nenek, dan pensil. Verba adalah kata yang dapat berdistribusi dibelakang kata tidak; atau dapat mengisi kontruksi tidak….seperti makan, minum dan lari. Ajektifa adalah kata yang dapat berdistribusi dibelakang kata sangat; atau dapat mengisi kontruksi sangat…. Seperti kata merah,nakal dan cantik.
b.      Kelebihan kedua pendekatan ini  adalah dapat mengidentifikasi kata dan dapat mempridiksi penggunaan dan pendistribusian kata.
Adapun kekurangannya dari linguistic tradisiaonal berupa kata yang mempunyai morfologi itu kadang berkelas dua seperti kata terdakwa dan tertuduh bisa berkelas nominal dan verbal. Dan kekurangan linguistic structural berupa jika kata memalukan, berhasil, menolong dan pemalu disandangkan dengan sangat??? Padahal semua bentuk kata tersebut tidak tergolong ajektifa.
3.      Menurut saya  jika kata memalukan, berhasil, dan pemalu  berbentuk seperti demikian, kata tersebut berkelas seperti morfologisnya memalukan termasuk verba transitif, berhasil verba intransitive dan pemalu termasuk nominal. Namun jika sebelumya kata tersebut tidak mengalami proses morfologis maka bias dikatakan ketiganya termasuk kata sifat.
4.      Kata kunci, rantai, gergaji, dan pahat bisa berkelas ganda nominal dan verbal seperti kata drink h. hal ini dikarenakan konversi yakni proses pembentukan kata dari kata menjadi kata baru tanpa merubah unsure segmental.

5.       
a.       Perubahan atau penyesuaian kata dalam bentuk verba yang disebut konyugasi.
b.      Perubahan atau penyesuaian kata dalam bentuk nomina dan ajectifa yang disebut deklinase. Contoh:
Contoh Deklinase atau perubahan bentuk pada kata benda dari bahasa Latin:
Tunggal
Nominatif             : dominus                                ‘tuhan’ (subyek)
Genitif                  : domini liber dominorum       ‘buku (milik) tuhan’
Datif                     : domino                                  ‘kepada tuhan’
Akusatif               :dominum                                ‘tuhan (obyek)’
Vokatif                 : domine                                  ‘tuhan!’
Ablatif                  : domino datur domino           ‘diberikan oleh tuhan
Contoh deklinasi ajektifa dalam bahasa Jerman ada tiga macam kontruksi,namun penulis ambil 1 contoh saja yang mempun yai deklinase kuat yakni kontruksi ajektifa+nomina:
Tunggal      Maskulin                     Feminin                     Neutrum         
                 Laki-laki baik              wanita baik                  anak baik        
Nominatif : guter Mann                gute Frau                     gutes Kind
Genitif      : guten Mannes            guter Frau                    guten Kindes
Datif         : guten Manne (e)        gutter Frau                  guten Kind (e)
Akusatif   : guten Mann               gute Frau                     gutes Kind
1.       Paradigma inflesional adalah bentuk-bentuk kata yang dasarnya dan identitasnya sama contoh: membaca, dibaca, terbaca, kaubaca, dan bacalah.
2.      Pembentukan kata secara infleksi tidak bisa membuat kata baru seperti halnya derivative ,umpamanya dari kata inggris sing ‘menyanyi’ menjadi singer ‘penyanyi’, dari adjektifa slow menjadi adverbial slowly.
3.      Identitas leksikal adalah bentuk-bentuk kata yang mempunyai kelas yang sama.
4.      - touch+able = un+touchable = untouchable+s =  jadi kata untouchables
-  te+atur = ke+teratur = keteraturan+nya = jadi kata keteraturanya
- mer+tahan = pe+mertahan = pemertahan+an = jadi kata pemertahanan

1.       
a.       Afiksasi adalah pembubuhan afiks pada dasar atau bentuk dasar dapat berupa (1) akar,yakni bentuk terkecil yang tidak dapat disegmentasikan lagi (meja, beli, makan,go, write,sing) , (2) berupa bentuk kompleks, seperti terbelakang = keterbelakangan,berlaku = memberlakukan dsb, dan (3) dapat juga berupa frase, seperti ikut srta = keikutsertaan, istri simpanan = istri simpananya dsb.
b.      Konfiks : afiks yang berupa morfem terbagi, yang bagian pertama berposisi pada awal bentuk dasar, dan bagian yang kedua berposisi pada akhir bentuk dasar, yang keduanya sebagai satu kesatuan dan pengimbuhanya dilakukan secara sekaligus.
c.       Interfiks : sejenis infiks atau elemen penyambung yang muncul dalam  proses penggabungan dua buah unsure.
d.      Transfiks : afiks yang berwujud vocal-vokal yang diimbuhkan pada keseluruhan bentuk dasar.
2.       Maksud pernyataanyaan “ dalam bahasa Indonesia infiks merupakan afiks yang tidak produktif,t etapi dalam bahasa sunda merupakan afiks yang produktif” artinya dalam bahasa sunda penggunaan atau pemakaian  infiks lebih digunakan dari pada bahasa Indonesia.
3.      Contoh proses pembentukan kata yang bersifat inflektif :
Tungal-jamak                 orang pertama tunggal-orang ketiga tunggal                    
Book= books                    speak = speaks
Pen=pens                          read = reads
Bag= bags ect                  write = write
Contoh proses pembentukan kata yang bersifat derivative
§  me+patuh+i = mempatuhi
§  per+tahan+an = me+pertahanan+kan = mempertahankan
4.       
a.       Verba denominal :perubahan bentuk kata nomina ke bentuk verba
b.      Verba deajectival : perubahan bentuk ajektif ke bentuk verbal
c.       Nomina deverbal : perubahan bentuk verbal ke bentuk nominal
d.      Nomina deajektival : perubahan bentuk ajektif kebentuk nominal
5.      Pembentukan kata adalah proses perubahan bentuk dasar kata baik bentuk akhirnya bersifat inflektif atau derifatif (afiksasi,reduplikasi,komposisi dll).

1.      Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian, maupun dengan perubahan bunyi. Oleh karenanya reduplikasi macam-macanya berupa:
§  Reduplikasi penuh, seperti meje-meja, anak-anak
§  Reduplikasi sebagian, seperti lelaki, pepatah
§  Reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik
§  Reduplikasi semu (Sultan Takdir Alisjahbana),seperti mondar mandir karena tidak jelas bentuk dasarnya apa.
 
§  Reduplikasi dwilingga: pengulangan morfem dasar : mlaku-mlaku, aki-aki
§  Reduplikasi dwipurwa : pengulangan silabel pertama: lelaki, pepatah
§  Reduplikasi dwiwasana: pengulangan pada akhir kata: cecengesan
2.      Prosesnya reduplikasi dapat bersifat (1) paradigmatis (infleksional) artinyatidak mengubah identitas leksikal, melainkan member makna gramatikal seperti meja-meja ‘banyak meja’ , (2) dan bersifat derivasional artinya membentuk kata baru atau kata yang identitas leksikalnya berbeda dengan bentuk dasarnya,seperti laba-laba dari dasar laba, pura-pura dari dasar pura.
3.       
a.       Menari-nari = reduplikasi setelah itu proses afiksasi
b.      Tari-menari = afiksasi setelah itu reduplikasi
c.       Satuan-satuan = reduplikasi dan afiksasi bersamaan
d.      Berlari-lari = reduplikasi setelah itu proses afiksasi
e.       Berton-ton = reduplikasi dan afiksasi bersamaan
4.      Bentuk kata ani-ani, luntang-luntung dan mondar mandir menurut Sultan Takdir Ali Syahbana memasukkya sebagai sebuah reduplikasi dan menamainya dengan reduplikasi semu (tidak jelas bentuk dasarnya). Namun kebanyakan orang bentuk ini bukan merupakan reduplikasi karena tidak terdapat bentuk dasar yang membangunya padahal reduplikasi dibangun dari pengulangan bentuk dasar. Jadi kata tersebut bukan masuk proses reduplikasi.
5.      Pengulangan kata mereka dan kata pada contoh ini, dalam kajian reduplikasi dimasukkan karena reduplikasi selain bersifat paradigmatic juga bersifat derivasional sehingga jika terdapat kata mereke-mereka dan kita-kita dalam bahasa Indonesia tidak dapat dikatakan salah karena reduplikasi juga bersifat derivasional.
6.      Gabungan kata seperti rumah sakit jika di reduplikasikan ada dua cara, yakni reduplikasi penuh dan parsial: jika berupa reduplikasi penuh maka yang terjadi adalah rumah sakit-rumah sakit, dan jika dibuat reduplikasi parsial akan menjadi rumah-rumah sakit.
1.      Dalam bahasa Indonesia proses komposisi dikatakan sebagai proses yang produktif karena bahasa Indonesia masih miskin kosakata dan istilah, seperti contoh dalam bahasa inggris terdapat kata bull ‘sapi kecil’ dan dibahasa jawa juga dengan kata pedet. Namun dalam bahasa Indonesia untuk mengungkapkan sapi kecil belum ada, dan untuk membentuknya dia memerlukan proses komposisi, sehingga untuk mengungkapkan kata sapi kecil, bahasa Indonesia memproses dengan kata anak sapi.
2.      Dalam komposisi yang terjadi hanya bersifat derivasional bukan ifleksional, karena yang dinamakan komposisi sendiri adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar sehingga membentuk identitas leksikal yang berbeda atau baru. Perubahan identitas itulah yang disebut bersifat derivatsional.
3.       
·          Menurut Sultan Takdir Ali Syahbana, kata majmuk adalah sebuah kata yang memiliki makna baru yang tidak merupakan gabungan makna unsure-unsurnya.
·         Kelompok yang mengkaji dari bahasa Inggris, member devinisibahwa kata majmuk adalah kata yang tekananya dijatuhkan pada kata kedua. Seperti blackboard penekananya pada kata black.
·         Kelompok lain juga menyatakan, kata majmuk adalah kata yang identitas leksikal komposisinya berubah dari identitas leksikal unsure-unsurnya.
·         Verhar (1978) menyatakan kata majmuk jika kedua unsurnya tidak bersifat sintaksis.
·         Kridalaksana (1985) kata majmuk dibedakan dengan idiom. Kata majmuk adalah konsep sintaksis sedang idiom adalah konsep semantik.
4.       
a.       a.sate yang dibuat dari daging kambing.
b.      b.sate khas padang
c.       c.sate yang ditambahkan lontong
d.      d.sate yang dibuat orang yang mempunyai  kumis

1.      pembentukan kata dan sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan sure segimental : the old three fell.
2.      pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur  ke dalam morfem berkerangka tetap.
3.      proses suplesi perubahan sangat ekstreem karena bentuk dasar  hampir  tidah tampak lagi.
4.      “go menjadi went/gabungan”

1.      proses penanggalan bagian leksem menjadi singkat tapi maknanya sama dan bentuk utuhnya.
2.       
a.       kependekan berupa pengekalan satu atau dua suku pertama dari bentuk yang dipendekan itu.
b.      hasil proses pemendekan
c.       hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai kata.
3.      karena keinginan menghemat tulisan dan ucapan.
4.      singkatan sangat baik,maksudnya kita bisa memendekan kata dan juga bisa mengirit atau mempermudah dalam ucapan.
5.      BSA: Bahasa Dan Sastra Arab

1.      inflektif tertutup tidak membentuk kata baru,dan tidak dapat dikatakan proses produktif, sedangkan devirasi  terbuka,dapat membentuk kata baru dengan proses tersebut.
2.      proses morfologis yang produktif ialah dapat Tidaknya proses pembentukan kata terutama afiksasi, reduplikasi dan komposisi digunakan berulang-ulang secara relatif tak terbatas
“street mempunyai 2 alternan street dan streets
-proses improduktif ialah proses influsi
“ketidak ikut sertaan”
3.      pembentukan kata baru dengan prefix memper- terbatas pada ajektifal dan numeral dan tidak dapat pada verbal
4.      ialah tidak adanya bentuk yang seharusnya ada
“gergaji-menggergaji”
5.      karena ada kata kerja yang membloking kehadiran kata itu.

1.      peristiwa beerubahnya wujud morfosis dalam suatu proses morfologis baik afiksai reduplikasi dan komposisi
2.      prefiks pe- pada kata tari dimana fonem /t pada kata tari diluluhkan dengan bunyi asal /n dari prefix tersebut. Sedangkan kata tani tidak bisa dirubah.





0 komentar:

Posting Komentar

 

Pustaka Bahasa dan Sastra Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates