1. MORFEM
Konsep maupun istilah morfem tidak dikenal
dalam tata bahasa tradisional, karena bukan merupakan satuan sintaksis, akan
tetapi mulai diperkenalkan oleh kaum strukturalis pada awal abad kedua puluh.
A. Identifikasi Morfem
Cara untuk menentukan stuan bentuk adalah
morfem hatau bukan, maka kita harus membandingkan dengan bentuk lain. Jika bisa
dihadirkan secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut
adalah morfem. Sebagai contoh kita ambil bentuk /kedua/ , dalam ujaran diatas.
Ternyata bentuk /kedua/ dapat kita banding-bandingkan dengan bentuk-bentuk
sebagai berikut :
Kedua,
Ketiga, Kelima, Ketujuh, Kedelapan, Kesembilan, Kesebelas
Bentuk ke pada daftar di atas yaitu
menyatakan tingkat atau derajat.
Akan tetapi bentuk ke juba memiliki arti
yang lain, seperti:
Kepasar,
Kekampus, Kesekolah
Beberapa contoh bentuk ke di atas sama
memiliki arti pernyataan arah atau tujuan.
B. Morf dan Alomorf
Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum
diketahui statusnya.
Sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk
tersebut jikalu sudah diketahui status morfemnya.
C. Klasifikasi Morfem
Morfem-morfem dalam setiap bahasa dapat
diklasifikasikan berdasarkan kebebasannya, keutuhannya, maknanya, dan lain
sebagainya.
D. Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Yang dimaksud dengan morfem bebas adalah morfem
yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Kata bagu,
pulang, makan dalam bahasa Indonesia tergolong dalam bentuk morfem bebas.
Sebaliknya, yang dimaksud dengan morfem terikat
adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul
dalam pertuturan.
Semua afiks dalam bahasa Indonesia adalah
morfem terikat. Begitu juga dengan morfem penanda jamak dalam bahasa Inggris
merupakan morfem terikat.
E. Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
Pembedaan morfem utuh dan morfem terbagi
berdasarkan bentuk formal yang dimiliki morfem tersebut : apakah merupakan satu
kesatuan yang utuh atau merupakan dua bagian yang terpisah atau terbagi, karena
disisipi morfem lain. Sedangkan morfem terbagi adalah sebuah morfem yang
terdiri dari dua buah bagian yang terpisah.
Morfem utuh dapat disajikan pada beberapa
contoh seperti meja, kursi, kecil laut dan lain sebagainya. Sedangkan morfem terikat seperti ter-,
ber-, henti, juang.
Morfem terbagi adalah sebuah morfem yang
terdiri dari dua buah yang terpisah. Contoh, kesatuan, yaitu (satu) dan
satu morfem terbagi, yakni (ke-,/-an).
F. Morfem Segmental dan Suprasegmental
Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk
oleh fonem-fonem segmental, seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan {ber}. Dengan
demikian semua morfem yang berwujud bunyi adalah Morfem Segmental. Sedangkan
morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur
suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.
G. Morfem Beralomorf Zero
Dalam linguistik deskriptif ada konsep mengenai
morfem beralomorf zero atau nol (0),
yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun
berupa prosodi (unsur suprasegmental), melainkan berupa “kekosongan”.
H. Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tidak
Bermakna Leksikal
Morfem bermakna leksikal adalah morfem-morfem
yang secara inheren telah memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu
berproses terlebih dulu dengan morfem lain. Sedangkan morfem tak bermakna
leksikal tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri. Morfem ini baru
mempunyai makna dalam gabungannya dengan morfem lain dalam suatu proses
morfologi. Yang biasa dimaksud dengan morfem tak bermakna leksikal ini adalah
morfem-morfem afiks, seperti {ber-}, {me-}, dan {ter-}.
I. Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal (Stem), dan
Akar (Root)
Istilah morfem dasar digunakan sebagai dikotomi
dengan morfem afiks. Jadi bentuk-bentuk seperti {juang}, {kucing}, dan {sikat}
adalah morfem dasar. Istilah bentuk dasar atau dasar (base) saja biasanya
digunakan untuk menyebut sebuah bentuk yang menjadi dasar dalam suatu proses
morfologi. Bentuk ini dapat berupa morfem tunggal, tetapi dapat juga berupa
gabungan morfem. Istilah pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar
dalam proses infleksi, atau proses pembubuhan afiks inflektif. Akar (root)
digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi.
Artinya, akar itu adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya, baik afiks
infleksional maupun afiks derivisionalnya ditanggalkan.
2. KATA
Kata, merupakan satuan lingual yang adadalam
tata bahasa tradisional.
A. Hakikat Kata
Para tata bahasawan tradisional mengartikan “kata”
sebagai satuan bahasa yang memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan
huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti. Akan tetapi dalam
kajian bahasa Arab dikatakan “kata-kata dalam bahasa Arab biasanya terdiri dari
tiga huruf”.
B. Klasifikasi Kata
Klasifikasi kata juga disibut penggolongan
kata, atau penjenisan kata, dalam bahasa Inggris disebut sebagai part of
speech. Dalam catatan sejarah, sejak zaman Aristoteles hingga kini,
termasuk juga dalam kajian linguistik Indonesia, persoalannya tidak pernah
tertuntaskan. Kendalanya antara lain, pertama setiap bahasa mempunyai ciri
masing-masing; kedua, karena kriteria yang digunakan untuk membuat
klasifikasi kata itu bisa bermacam-macam.
C. Pembentukan Kata
Pembentukan kata memiliki dua sifat, yaitu kata
yang bersifat inflektif, dan kedua bersifat derivatif. Pembentukan kata secara
inflektif, tidak membentuk kata baru, atau kata lain yang berbeda identitas
leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Hal ini berbeda dengan pembentukan kata
secara derivatif atau derivisional. Pembentukan kata secra derivatif membentuk
kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya.
3. PROSES MORFEMIS
Pada
pembahasan infleksi dan derivasi sudah dibicarakan sebagian kecil dari proses
morfemis atau proses morfologis atau juga proses gramatikal khususnya
pembentukan kata dengan afiks. Namun hal-ihwal afiksnya itu sendiri belum
dibicarakan. Oleh karena itu, berikut ini akan didbicarakan proses morfemis
yang berkenaan dengan afiksasi, reduplikasi, konposisi, dan juga sedikit
tentang konfersi dan modifikasi intern.
1. Afiksasi
Adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar.
Dalam proses ini terlibat unsure-unsur:
a) Dasar atau bentuk dasar, adalah dasar dalam
proses afiksasi yang berupa akar, yakni bentuk terkecil yang tidak dapat
disegmentasikan lagi, misalnya meja, beli, makan dan sikat.
b) Afiks merupakan sebuah bentuk, biasanya
berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses
pembentukan kata.
c) Makna gramatikal yang dihasilkan
2. Reduplikasi
Adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar baik secara
keseluruhan, secara parsial atau sebagian, ataupun dengan perubahan bunyi.
Oleh karena itu dibedakan andanya reduplikasi penuh, seperi meja-meja
(dari dasar meja), redupliksi sebagian
seperti lelaki (dari dasatr laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi,
seperti bolak-balik (dari dasar balik).
3. Komposisi
Adalah hasil dan proses penggabungan dasar dengan morfem dasar, baik
yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk konstruksi yang memiliki
identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru.
Komposisi terdapat dalam banyak bahasa misalnya, lalu-lintas, daya
juang, dan rumah sakit.
4. Konversi, modifikasi internal, dan suplesi
Konversi, sering juga disebut dengan derivasi zero, transmutasi, dan
tranposisi, adalah proses penmbutakan kata dari sebuah kata menjadi kata lain
tanpa perubahan unsure segmental. Umpamanya kata Drink dalam bahasa
Inggris adalah nomena seperi dalam kalimat Have a Drink! Tetapi dapat
diubah menjadi sebuah kata verbal, drink, tanpa perubahan apa-apa.
5. Pemendekan
Adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem
sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna
bentuk utuhnya, misalnya bentuk lab (utuhnya, laboratorium).
Dalam berbagai kepustakaan, hasil proses pemendekan ini biasanya
dibedakan atas penggalan, singkatan, akronim. Yang dimaksud dengan penggalan
adalah kependekan berupa penggalan satu atau dua suku pertama dari bentuk yang
dipendekkan itu. Misalnya, lab, atau labo dari laboratorium.
Yang dimaksud dengan singkatan adalah hasil proses pemendekan, yang
antara lain berupa:
a) Pengekalan huruf awal dari sebuah leksem,
atau huruf-huruf awal dari gabungan leksem. Misalnya: R (radius), H (Haji).
b) Pengekalan beberapa huruf dari sebuah
leksem,. Misalnya: hlm (halaman).
c) Pengekalan huruf pertama dikombinasi dengan
penggunaan angka untu penggantian huruf yang sama. Misalnya P3 (Partai
persatuan Pembangunan).
d) Pengekalan dua, tiga, atau empat huruf
pertama dari sebuah leksem. Misalnya: As (Asisten), Okt (Oktober), dan purn
(purnawirawan).
e) Pengekalan huruf pertama dan huruf terakhir
dari sebuah leksem. Misalnya: ir (insinyur).
Akronim
adalah hasil pemendekan yang berupa kata atau yang dapat dilafalkan sebagai
kata. Wujud pemendekannya dapat berupa penggalan huruf-huruf pertama, berupa
penggalan suku kata dari gabungan leksem, atau bisa juga secara tak beraturan,
misalnya wakuncar (waktu kunjung pacar).
A. Produktivitas Proses Morfemis
Yang dimaksud dengan produktivitas dalam proses
morfemis ini adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama
afiksasi, reduplikasi, dan komposisi, digunakan berulang-ulang yang secara
relatif tidak terbatas; artinya, ada kemungkinan menambah bentuk baru dengan
proses tersebut.
4. MORFOFONEMIK
Morfofonemik, disebut juga morfonemik,
morfofonologi, atau morfonologi, atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam
suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. Seperti afiksasi
bahasa Indonesia dengan prefiks me- akan terlihat bahwa prefiks me-
itu akan berubah menjadi mem-, men-, meny-, meng-, atau tetap me-,
menurut aturan-aturan fonologis tertentu.
Perubahan fonem dalam proses merfofonemik ini
dapat berwuju: pemunculan fonem, pelepasan,peluluhan, perubahan, dan
pergeserannya,
SOAL-SOAL MORFOLOGI
1. Morfem adalah bentuk yang sama, yang
terdapat berulang–ulang dalam satuan bentuk yang lain. Morfem merupakan
satuan satuan gramatik, yang bersifat
abstrak dan tidak dapat diamati secara langsung melainkan suatu tuturan
diwakili oleh morf.
2. Sebab morfem bukan merupakan satuan dalam
sintaksis, dan tidak semua morfem mempunyai makna secara filosofis.
1. Untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah
morfem atau bukan, kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam
kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain. Kalau bentuk tersebut ternyata bisa
hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah
morfem.
2. Kata kali pada kalimat Mereka
mandi dikali dan kali pada
kalimat Sepagi ini saya sudah dua kali makan, bukan merupakan
morfem. Karena cirri salah satu morfem
harus mempunyai kesamaan arti dan bentuk. Kata kali pada kalimat pertama
berarti tempat sedang pada kalimat kedua menyatakan tingkatan dan jumlah.
3. Contoh Bahasa A (contoh pertama)
·
Dalam
kaitannya dengan morfem bebas atau terikat, contoh ini termasuk kategori morfem
bebas. Karena ‘kaje ‘pohon’ itu kata yang bias berdiri sendiri tanpa
bantuan lain (kemunculanya dapat muncul sendiri dalam pertuturan.
·
Dalam
kajian morfem utuh atau terbagi, contoh kata disini termasuk morfem terbagi
karena terbagi dari dua bagian morfem yang terpisah. Contoh kayezi =
{kaye}+{ze} dan pakayezi = {pa-}+{kaye}+{-zi}
·
Jika
dikaitkan dengan Morfem beralomoft zero, contoh kata disini juga beralomoft
seperti kata jamak kayezi bentuk jamak dari kaye, bentuk jamak pakayezi dari
dasar pakaye, dan bentuk jamak maka pakayezi dari dasar maka
pakaye bentuk jamaknya berupa hurus -ze
Contoh Bahasa B (contoh kedua)
·
Dalam
kaitanya dengan morfem bebas atau terikat, contoh ini termasuk kategori morfem
bebas. Karena ‘ko.ma ‘burung’ itu kata yang bias berdiri sendidri tanpa
bantuan lain (kemunculanya dapat muncul sendiri dalam pertuturan.
·
Dalam
kajian morfem utuh atau terbagi, contoh kata disini termasuk morfem terbagi
karena terbagi dari dua bagian morfem yang terpisah. Contoh iko.ma = {i-}+{ko.ma} dan inko.ma = {in-}+{ko.ma}.
·
Namun
tidak berstatus morfem beralomoft zero karena di dalam contoh tidak ada kata
bertanda jamak dan tidak pula termasuk morfem segmental atau suprasegmental.
1. a. Contoh : melihat, merasa, membawa,
membantu, mendengar, menduda, menyanyi, menyikat, menggali, menggoda, mengelas,
mengetik, bentuk-bentuk yang mirip atau hampir sama, dan maknanya juga
sama. Keenam bentuk tersebut adalah morfem, sebab meskipun maknanya sama tetapi
bentuknya tidak persis sama, tetapi perbedaannya dapat dijelaskan secara
fonologis. Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama itu
disebut alomorf. Dengan perkataan lain alomorf adalah perwujudan konkret
(didalam pertuturan) dari sebuah morfem.
b. Ya setiap morfem tentunya mempunyai alomorf,
entah satu, entah dua, atau juga enam buah, seperti beberapa contoh yang telah
tertera di soal nomer 1.
2. Bentuk me- berdistribusi, antara lain, pada
bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /I/ dan /r/ ; bentuk mem-
berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /b/ dan juga /p/;
bentuk men- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /d/ dan juga
/t/; bentuk meny- berdistribusi pada
bentuk dasar yang fonem awalnya /s/; bentuk meng- berdistribusi pada bentuk
dasar yang fonem awalnya, antara lain konsonan /g/ dan /k/; dan bentuk meng-
berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku.
1. Morfem bebas adalah morfem yang tanpa
kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Misalnya, bentuk pulang,
makan, rumah, dan bagus adalah termasuk morfem bebas. Kita
dapat menggunakan morfem-morfem tersebut tanpa harus terlebih dahulu
menggabungkannya dengan morfem lain. Sebaliknya, yang dimaksud dengan morfem
terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat
muncul dalam pertuturan. Semua afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem
terikat. Begitu juga dengan morfem penanda jamak dalam bahasa Inggris merupakan
morfem terikat.
2. Contoh di atas tedapat kata-kata yang
termasuk bermorfem bebas yaitu Dia, bus dan sana, karena
kata-kata tersebut dapat hadir dalam penuturan tanpa kemunculan morfem lain.
Sedang kata-kata yang masuk dalam wilayah morfem terikat berupa kata menumpang,
antarkota dan dari karena kehadiranya harus digabungkan dengan
morfem lain seprti kata menumpang dari dasar numpang,morfem ini terdiri dari
morfem afiks me- dan numpang,
kata antarkota kehadiranya juga membutuhkan morfem lain karena kata antar
tidak bias berdiri sendiri tanpa kata kota, dan kota dari
termasuk kata terikat karena termasuk konjungsi dan konjungsi masuk keranah
morfem terikat.
Contoh kedua, kata-kata yang masuk ke wilayah
morfem bebas berupa kata mereka saja karena kata-kata tersebut dapat
hadir dalam penuturan tanpa kemunculan morfem lain. Sedang kata yang termasuk
morfem terikat berupa kata menyesal, melakukan, perbuatan,
dan tercela yang berasal dari akar sesal,laku, buat dan cela tidak bias
berdiri sendisi setelah melalui proses afiksasi.
3. contoh bentuk dasar morfem terikat sebagai
berikut:
Henti,
tending, tangkap, sudul, Juan, caci, hardik, bisu, Gaul, Baur , Baca, dan Lamun
4. Klitika adalah bentuk-bentuk singkat,
biasanya hanya satu silabel, secara fonologis tidak mendapat tekanan,
kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat pada bentuk lain, tetapi dapat
dipisahkan. Yang dimaksud dengan proklitika adalah klitika yang berposisi
dimuka kata yang diikuti, seperti ku dan kau pada konstruksi kubawa
dan kuambil. Sedangkan enkklitika adalah klitika yang berposisi dibelakang kata
yang dilekati, seperti –lah, -nya, -ku pada konstruksi dialah,
duduknya, dan nasibku.
5. Morfem suprasegmental adalah morfem yang
dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan
sebagainya. Misalnya, dalam bahasa Ngbaka di Kongo Utara di Benua Afrika,
setiap verba selalu disertai dengan penunjuk kata (tense) yang berupa nada.
6.
Morfem beralomorf Zero atau nol (lambangnya Ø) adalah morfem yang salah satu
alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental ataupun suprasegmental melainan
berupa “kekosongan”. Contoh morfem beralomorf zero terdapat pada bentuk kata
bahasa inggris yang bentuk tunggal dan jamaknya sama yakni kata Sheep maka morfem yang membentuknya berupa
{sheep}+{Ø} dan bentuk kata yang masa lampau dan msa kini sama seperti kata hit
= {hit}+{Ø}.
7.
kata juang, abai, henti dan lena termasuk kata
bermakna leksikal. Kata-kata tersebut sama identidanya berkelas verba dan dapat
merupak identitas leksikalnya jika mengalami proses afiksai, reduplikasi atau
komposisi.
1.
a.
Morfem dibagi 2, yaitu morfem dasar dan morfem terikat. Morfem
dasar dibagi menjadi tiga: morfem bebas, morfem yang kebebasanya dipersoalkan
dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang yang secara potensial dapat
langsung menjadi kata contoh morfem {meja}, {kursi}, {pergi}, {kuning}. Morfem
yang kebebasanya dipersoalkan , Verhaar (1978) memasukkanya kedalam kelompok
prekategorial seperti morfem {-ajar}, {-tulis}, {-lihat} dsb yakni morfem
berakar verba, yang dalam kalimat imperative tidak perlu diberi imbuhan dan
dalam kalimat deklaratif imbuhanya dapat
ditinggalkan. Morfem terikat morfem yang tidak mempunyai potensi untuk menjadi
kata tanpa proses morfologi seperti morfem {juang}, {henti}, {gaul} dan {abai}.
Sedangkan morfem afik seperti {ber-}, {ter-}, dan {-kan}.
b.
Istilah bentuk dasar (base) untuk menyebut sebuah bentuk
yang menjadi dasar dalam suatu proses morfologi yang ada kalanya berupa morfem
tunggal atau morfem gabungan seperti bicara bentuk dasar dari kata berbicara,
mengerti bentuk dasar dari dimengerti, dan aneka ragam
bentuk dasar dari beraneka ragam.
c.
Istilah pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar
dalam proses infleksi seperti books ,pangkalnya book, untouchables pangkal dari
untouchable. Dsb
d.
Akar (root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat
dianalisis lebih jauh lagi seperti untouchables akar dari touch yang kemudian
mengalami derivasi ke beberapa bentuk lain dengan tambahan able dan –s (jamak).
e.
Bentuk kutip (citation form) adalah kata yang didaftar sebagai
entri di dalam kamus lazim.
2.
a.
Berdasarkan sifat kata yang
dibentuknya, afiks dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
·
Afiks infleksional : afiks yang digunakan dalam pembentukan
kata-kata inflektif atau paradigma infleksional, misalnya
§ Sufiks –s =
penanda jamak Ex: books
§ Sufiks –ed=
penanda kala lampau Ex: looked
§ Prefik me-
penanda bentuk kalimat indikatif aktif dan prefik di- untuk pasif.
·
Afiks derivativasional : afiks yang membentuk kata baru ,yang
identitas leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasar, contoh:
§ Patung (nomina)
= mematung (verba) disebut verba denominal
§ Bengkak
(ajektif) = membengkak (verba) disebut verba deajektival
§ Membina (verba)
= pembinaan (nomina) disebut nomina deverbal
§ Akui
(pronominal) = mengakui (verba) disebut verba depronominal
§ Satu (numeral)
= menyatukan (verba) disebut verba denumeralia
b.
Afik inflesional dalam bahasa Indonesia seperti pada prefik me-
penanda bentuk kalimat indikatif aktif dan prefik di- untuk pasif.
3.
Yang dimaksud dengan derajat kebebasan morfem dasar dalam bahasa
Indonesia adalah derajat yang membagi tiap kata berdasarkan potensi
kemunculanya dalam pertuturan derajat morfem dasar ini dibagi menjadi tiga:
morfem bebas, morfem yang kebebasanya dipersoalkan dan morfem terikat. Morfem
bebas adalah morfem yang yang secara potensial dapat langsung menjadi kata
contoh morfem {meja}, {kursi}, {pergi}, {kuning}. Morfem yang kebebasanya
dipersoalkan , Verhaar (1978) memasukkanya kedalam kelompok prekategorial
seperti morfem {-ajar}, {-tulis}, {-lihat} dsb yakni morfem berakar verba, yang
dalam kalimat imperative tidak perlu diberi imbuhan dan dalam kalimat deklaratif imbuhanya dapat ditinggalkan.
Morfem terikat morfem yang tidak mempunyai potensi untuk menjadi kata tanpa
proses morfologi seperti morfem {juang}, {henti}, {gaul} dan {abai}. Sedangkan
morfem afik seperti {ber-}, {ter-}, dan {-kan}
1.
Menurut para tata bahasawan tradisional, kata adalah satuan bahasa yang
memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua
buah spasi dan mempunyai satu arti.
Menurut para
tata bahasawan struktural terutama aliran Bloomfield yang mempersoalkan dan
mengunakan morfem dari pada kata. Mereka memberi batasan kata sebagai satuan
bebas terkecil tidak pernah diulas atau dikomentari, seolah batasan itu
bersifat final.
Dalam buku
linguistic Eropa, kata adalah bentuk yang, ke dalam mempunyai susunan fonologis
yang stabil dan tidak berubah dan mempunyai kemungkinan mobilitas dalam
kalimat.
2.
Menurut para tata bahasawan tradisional, kata adalah satuan bahasa yang
memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua
buah spasi dan mempunyai satu arti. Masalahnya bagaimana dengan kata
matahari, dan dua puluh apakah 1 buah
kata atau 2 buah kata?? Dan penerapan spasi akan sulit jika tidak mengunakan
huruf latin seperti huruf cina atau arab.
3.
Menurut para tata bahasawan structural terutama aliran Bloomfield
yang mempersoalkan dan mengunakan morfem dari pada kata, karena dalam analisis
bahasa mereka melihat hierarki bahasa sebagai,fonem, morfem, dan kalimat.
Berbeda dengan tata bahasa tradisional yang melihat hierarki bahasa sebagai:
fonem, kata dan kalimat.
4.
Pernyataan “kata merupakan bentuk yang, ke dalam mempunyai susunan
fonologis yang stabil dan tidak berubah dan mempunyai kemungkinan mobilitas
dalam kalimat”, magsudnya batasan ini menyiratkan 2 hal. Pertama,bahwa setiap
kata mempunyai susunan fonem yang urutanya tetap dan tidak berubah serta tidak
dapat diselipi atau diselang dengan fonem lain, contoh kata sikat ≠
siakt dan ≠ siukat. Kedua, setiap kata mempunyai kebebasan berpindah
tempat didalam kalimat.
5.
Bentuk-bentuk kata seperti kata mengajar, diajar dan kauajar
bukan merupakan tiga buah kata yang berbeda melainkan sebuah kata yang sama
karena ketiga bentuk kata ini memiliki identitas leksikal yang sama yang
berbentuk verba.
6.
Yang dimaksud dengan leksem yang diuraikan pada akhir subbab 5.2.1
adalah bentuk dasar dari sebuah kata.
1.
Klasifikasi atau penggolongan kata itu memang sangat perlu dan
berguna baik secara teoritis dalam studi semantik maupun secara praktis dalam
berlatih keterampilan berbahasa.
2.
a.
Para tata bahasawan tradisional mengunakan kriteria makna dan
kriteria fungsi. Kriteria makna digunakan untuk megidentifikasikan kelas verba,
nomina dan ajektifa; sedangkan kriteria fungsi digunakan untuk
mengidentifikasikan preposisi, konjungsi, adverbial, pronominal dan
lain-lainya. Para tata bahasawan strukturalis membuat klasifikasi kata
berdasarkan distribusi kata itu dalam suatu struktur atau kontruksi. Nomina
adalah kata yang dapat berdistribusi dibelakang kata bukan; atau dapat
mengisi kontruksi bukan….. seperti buku, nenek, dan pensil. Verba adalah
kata yang dapat berdistribusi dibelakang kata tidak; atau dapat mengisi
kontruksi tidak….seperti makan, minum dan lari. Ajektifa adalah kata
yang dapat berdistribusi dibelakang kata sangat; atau dapat mengisi
kontruksi sangat…. Seperti kata merah,nakal dan cantik.
b.
Kelebihan kedua pendekatan ini
adalah dapat mengidentifikasi kata dan dapat mempridiksi penggunaan dan
pendistribusian kata.
Adapun
kekurangannya dari linguistic tradisiaonal berupa kata yang mempunyai morfologi
itu kadang berkelas dua seperti kata terdakwa dan tertuduh bisa
berkelas nominal dan verbal. Dan kekurangan linguistic structural berupa jika
kata memalukan, berhasil, menolong dan pemalu disandangkan dengan sangat???
Padahal semua bentuk kata tersebut tidak tergolong ajektifa.
3.
Menurut saya jika kata memalukan,
berhasil, dan pemalu berbentuk seperti demikian, kata tersebut
berkelas seperti morfologisnya memalukan termasuk verba transitif, berhasil
verba intransitive dan pemalu termasuk nominal. Namun jika sebelumya kata
tersebut tidak mengalami proses morfologis maka bias dikatakan ketiganya
termasuk kata sifat.
4.
Kata kunci, rantai, gergaji, dan pahat bisa berkelas
ganda nominal dan verbal seperti kata drink h. hal ini dikarenakan
konversi yakni proses pembentukan kata dari kata menjadi kata baru tanpa
merubah unsure segmental.
5.
a.
Perubahan atau penyesuaian kata dalam bentuk verba yang disebut
konyugasi.
b.
Perubahan atau penyesuaian kata dalam bentuk nomina dan ajectifa
yang disebut deklinase. Contoh:
Contoh Deklinase atau perubahan bentuk pada
kata benda dari bahasa Latin:
Tunggal
Nominatif :
dominus ‘tuhan’
(subyek)
Genitif :
domini liber dominorum ‘buku (milik)
tuhan’
Datif :
domino ‘kepada
tuhan’
Akusatif :dominum ‘tuhan (obyek)’
Vokatif :
domine ‘tuhan!’
Ablatif :
domino datur domino ‘diberikan
oleh tuhan
Contoh
deklinasi ajektifa dalam bahasa Jerman ada tiga macam kontruksi,namun penulis
ambil 1 contoh saja yang mempun yai deklinase kuat yakni kontruksi
ajektifa+nomina:
Tunggal
Maskulin Feminin Neutrum
Laki-laki baik wanita
baik anak baik
Nominatif : guter Mann gute
Frau gutes Kind
Genitif : guten Mannes guter Frau guten
Kindes
Datif : guten Manne (e) gutter Frau guten Kind (e)
Akusatif : guten Mann gute
Frau gutes Kind
1.
Paradigma inflesional adalah bentuk-bentuk
kata yang dasarnya dan identitasnya sama contoh: membaca, dibaca, terbaca,
kaubaca, dan bacalah.
2.
Pembentukan
kata secara infleksi tidak bisa membuat kata baru seperti halnya derivative
,umpamanya dari kata inggris sing ‘menyanyi’ menjadi singer
‘penyanyi’, dari adjektifa slow menjadi adverbial slowly.
3.
Identitas
leksikal adalah bentuk-bentuk kata yang mempunyai kelas yang sama.
4.
-
touch+able = un+touchable = untouchable+s =
jadi kata untouchables
- te+atur = ke+teratur =
keteraturan+nya = jadi kata keteraturanya
- mer+tahan = pe+mertahan = pemertahan+an = jadi kata pemertahanan
1.
a.
Afiksasi adalah pembubuhan afiks pada dasar atau bentuk dasar dapat
berupa (1) akar,yakni bentuk terkecil yang tidak dapat disegmentasikan lagi
(meja, beli, makan,go, write,sing) , (2) berupa bentuk kompleks, seperti
terbelakang = keterbelakangan,berlaku = memberlakukan dsb, dan (3) dapat juga
berupa frase, seperti ikut srta = keikutsertaan, istri simpanan = istri
simpananya dsb.
b.
Konfiks : afiks yang berupa morfem terbagi, yang bagian pertama
berposisi pada awal bentuk dasar, dan bagian yang kedua berposisi pada akhir
bentuk dasar, yang keduanya sebagai satu kesatuan dan pengimbuhanya dilakukan
secara sekaligus.
c.
Interfiks : sejenis infiks atau elemen penyambung yang muncul
dalam proses penggabungan dua buah
unsure.
d.
Transfiks : afiks yang berwujud vocal-vokal yang diimbuhkan pada
keseluruhan bentuk dasar.
2.
Maksud pernyataanyaan “ dalam bahasa Indonesia
infiks merupakan afiks yang tidak produktif,t etapi dalam bahasa sunda
merupakan afiks yang produktif” artinya dalam bahasa sunda penggunaan atau
pemakaian infiks lebih digunakan dari
pada bahasa Indonesia.
3.
Contoh
proses pembentukan kata yang bersifat inflektif :
Tungal-jamak orang
pertama tunggal-orang ketiga tunggal
Book= books speak
= speaks
Pen=pens read
= reads
Bag= bags ect write
= write
Contoh proses pembentukan kata yang bersifat derivative
§ me+patuh+i = mempatuhi
§ per+tahan+an = me+pertahanan+kan = mempertahankan
4.
a.
Verba
denominal :perubahan bentuk kata nomina ke bentuk verba
b.
Verba
deajectival : perubahan bentuk ajektif ke bentuk verbal
c.
Nomina
deverbal : perubahan bentuk verbal ke bentuk nominal
d.
Nomina
deajektival : perubahan bentuk ajektif kebentuk nominal
5.
Pembentukan
kata adalah proses perubahan bentuk dasar kata baik bentuk akhirnya bersifat
inflektif atau derifatif (afiksasi,reduplikasi,komposisi dll).
1.
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar,
baik secara keseluruhan, secara sebagian, maupun dengan perubahan bunyi. Oleh
karenanya reduplikasi macam-macanya berupa:
§ Reduplikasi
penuh, seperti meje-meja, anak-anak
§ Reduplikasi
sebagian, seperti lelaki, pepatah
§ Reduplikasi
dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik
§ Reduplikasi
semu (Sultan Takdir Alisjahbana),seperti mondar mandir karena tidak jelas
bentuk dasarnya apa.
§ Reduplikasi dwilingga: pengulangan morfem dasar : mlaku-mlaku,
aki-aki
§ Reduplikasi dwipurwa : pengulangan silabel pertama: lelaki, pepatah
§ Reduplikasi dwiwasana: pengulangan pada akhir kata: cecengesan
2.
Prosesnya
reduplikasi dapat bersifat (1) paradigmatis (infleksional) artinyatidak
mengubah identitas leksikal, melainkan member makna gramatikal seperti
meja-meja ‘banyak meja’ , (2) dan bersifat derivasional artinya membentuk kata
baru atau kata yang identitas leksikalnya berbeda dengan bentuk
dasarnya,seperti laba-laba dari dasar laba, pura-pura dari dasar pura.
3.
a.
Menari-nari
= reduplikasi setelah itu proses afiksasi
b.
Tari-menari
= afiksasi setelah itu reduplikasi
c.
Satuan-satuan
= reduplikasi dan afiksasi bersamaan
d.
Berlari-lari
= reduplikasi setelah itu proses afiksasi
e.
Berton-ton
= reduplikasi dan afiksasi bersamaan
4.
Bentuk
kata ani-ani, luntang-luntung dan mondar mandir menurut Sultan Takdir Ali
Syahbana memasukkya sebagai sebuah reduplikasi dan menamainya dengan
reduplikasi semu (tidak jelas bentuk dasarnya). Namun kebanyakan orang bentuk
ini bukan merupakan reduplikasi karena tidak terdapat bentuk dasar yang
membangunya padahal reduplikasi dibangun dari pengulangan bentuk dasar. Jadi
kata tersebut bukan masuk proses reduplikasi.
5.
Pengulangan
kata mereka dan kata pada contoh ini, dalam kajian reduplikasi
dimasukkan karena reduplikasi selain bersifat paradigmatic juga bersifat
derivasional sehingga jika terdapat kata mereke-mereka dan kita-kita dalam
bahasa Indonesia tidak dapat dikatakan salah karena reduplikasi juga bersifat
derivasional.
6.
Gabungan
kata seperti rumah sakit jika di reduplikasikan ada dua cara, yakni
reduplikasi penuh dan parsial: jika berupa reduplikasi penuh maka yang terjadi
adalah rumah sakit-rumah sakit, dan jika dibuat reduplikasi parsial akan
menjadi rumah-rumah sakit.
1.
Dalam
bahasa Indonesia proses komposisi dikatakan sebagai proses yang produktif
karena bahasa Indonesia masih miskin kosakata dan istilah, seperti contoh dalam
bahasa inggris terdapat kata bull ‘sapi kecil’ dan dibahasa jawa juga
dengan kata pedet. Namun dalam bahasa Indonesia untuk mengungkapkan sapi
kecil belum ada, dan untuk membentuknya dia memerlukan proses komposisi,
sehingga untuk mengungkapkan kata sapi kecil, bahasa Indonesia memproses
dengan kata anak sapi.
2.
Dalam
komposisi yang terjadi hanya bersifat derivasional bukan ifleksional, karena
yang dinamakan komposisi sendiri adalah hasil dan proses penggabungan morfem
dasar dengan morfem dasar sehingga membentuk identitas leksikal yang berbeda
atau baru. Perubahan identitas itulah yang disebut bersifat derivatsional.
3.
·
Menurut Sultan Takdir Ali Syahbana, kata
majmuk adalah sebuah kata yang memiliki makna baru yang tidak merupakan
gabungan makna unsure-unsurnya.
·
Kelompok
yang mengkaji dari bahasa Inggris, member devinisibahwa kata majmuk adalah kata
yang tekananya dijatuhkan pada kata kedua. Seperti blackboard
penekananya pada kata black.
·
Kelompok
lain juga menyatakan, kata majmuk adalah kata yang identitas leksikal
komposisinya berubah dari identitas leksikal unsure-unsurnya.
·
Verhar
(1978) menyatakan kata majmuk jika kedua unsurnya tidak bersifat sintaksis.
·
Kridalaksana
(1985) kata majmuk dibedakan dengan idiom. Kata majmuk adalah konsep sintaksis
sedang idiom adalah konsep semantik.
4.
a.
a.sate
yang dibuat dari daging kambing.
b.
b.sate
khas padang
c.
c.sate
yang ditambahkan lontong
d.
d.sate
yang dibuat orang yang mempunyai kumis
1.
pembentukan
kata dan sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan sure segimental : the
old three fell.
2.
pembentukan
kata dengan penambahan unsur-unsur ke
dalam morfem berkerangka tetap.
3.
proses
suplesi perubahan sangat ekstreem karena bentuk dasar hampir
tidah tampak lagi.
4.
“go
menjadi went/gabungan”
1.
proses
penanggalan bagian leksem menjadi singkat tapi maknanya sama dan bentuk
utuhnya.
2.
a.
kependekan
berupa pengekalan satu atau dua suku pertama dari bentuk yang dipendekan itu.
b.
hasil
proses pemendekan
c.
hasil
pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai kata.
3.
karena
keinginan menghemat tulisan dan ucapan.
4.
singkatan
sangat baik,maksudnya kita bisa memendekan kata dan juga bisa mengirit atau
mempermudah dalam ucapan.
5.
BSA: Bahasa Dan
Sastra Arab
1.
inflektif
tertutup tidak membentuk kata baru,dan tidak dapat dikatakan proses produktif,
sedangkan devirasi terbuka,dapat
membentuk kata baru dengan proses tersebut.
2.
proses
morfologis yang produktif ialah dapat Tidaknya proses pembentukan kata terutama
afiksasi, reduplikasi dan
komposisi digunakan berulang-ulang secara relatif tak terbatas
“street mempunyai 2 alternan street dan streets
-proses improduktif ialah proses influsi
“ketidak ikut sertaan”
3.
pembentukan
kata baru dengan prefix memper- terbatas pada ajektifal dan numeral dan tidak
dapat pada verbal
4.
ialah
tidak adanya bentuk yang seharusnya ada
“gergaji-menggergaji”
5.
karena
ada kata kerja yang membloking kehadiran kata itu.
1.
peristiwa
beerubahnya wujud morfosis dalam suatu proses morfologis baik afiksai
reduplikasi dan komposisi
2.
prefiks
pe- pada kata tari dimana fonem /t pada kata tari diluluhkan dengan bunyi asal
/n dari prefix tersebut. Sedangkan kata tani tidak bisa dirubah.
0 komentar:
Posting Komentar